Langsung ke konten utama

Postingan

Tulisan terbaru:

Sebentar Lagi Melahirkan.

Pekan ini usia kehamilanku memasuki 39 minggu. Janin yang dulunya masih belum aku percaya ada dalam perutku sudah mulai menendang-nendang kuat sekali, di bagian bawah perutku. Sepertinya mulai mencari jalan lahir untuk ia hadir dalam duniaku. Aku sulit mendeskripsikan rasa, khawatir, haru, deg-degan, penasaran, bahagia, juga takut. Aku tahu bahwa kehamilan adalah fitrah, adalah suatu proses yang bisa dijelaskan secara biologis juga oleh agama. Kehamilan adalah hal wajar, hal yang biasa dialami oleh makhluk yang memiliki rahim dan vagina. Maksudku, adalah wajar, aku, seorang perempuan, memiliki suami, melakukan aktivitas seksual, hamil. Akan tetapi rasanya dengan segala "kewajaran" ini, aku merasa banyak sekali takut. Akan kematian terutama. Aku takut sekali mati, aku takut meninggalkan dunia ini, takut jika nanti bayiku lahir, aku tak bisa membersamai tumbuh kembangnya. Takut pula bila suamiku menikah lagi. Meski pada akhirnya aku mencoba menenangkan diri, bahwa kematian suda
Postingan terbaru

Sebelum menikah.

 Seingatku dulu sebelum menikah tidak sesering ini aku menangis Atau bersedih Atau merasa sendiri Atau sepi Atau tidak diperhatikan Seingatku dulu sebelum menikah aku jauh lebih bahagia Lebih mudah tertawa Lebih ringan hati terasa Segitunya ujian pernikahan Masa iya sesedih ini? Ingin lari, tapi aku bukan anak kecil lagi Aku cape. 

Takut

 Dan kemudian aku kembali duduk di sini, sendiri dan asing. Tiada sesiapapun yang aku kenali, tidak perlu basa-basi. Aku akan kembali ke rumah, kepada suamiku. Entah senang atau sedih. Belum pernah selama ini aku dan dia berjauhan. Asing sekali. Inginku menangis begitu keras. Inginku lari. Inginku tak kembali.

26 tahun.

 Sebelum berakhir hari ini, sebelum aku mulai lupa. Aku akan bercerita. Hari ini aku ulang tahun ke dua puluh enam. Lewat sudah seperempat abad. Aku masih takut akan kematian, takut akan masa depan, takut apakah aku akan masuk surga atau neraka. Aduh. Tadi malam suamiku membawakan sepotong kue red velvet, katanya pra ulang tahun. Aku makan bersama suamiku, sepotong demi sepotong. Kami menghabiskan malam dengan menonton Kuch Kuch Hota Hai, entah ilham dari mana suamiku mendadak ingin menonton kisah Rahul dan Anjeli. Sayangnya kami tertidur sebelum film habis, aku tertidur duluan, mengantuk sekali. Pukul tiga dini hari aku terbangun, ingin ke kamar mandi. Suamiku pun juga terbangun. Ketika akan kembali tidur suamiku mengecup keningku dan mengucapkan selamat ulang tahun. Kamipun tidur sambil berpelukan. Paginya aku bangun kesiangan, suamiku mendadak ingin dibelikan bumbu nasi goreng di warung. Padahal aku sudah berencana memasak bihun goreng kesukaanku untuk sarapan. Jadilah aku ke warung

Sabarlah.

 Kuharap sabarmu cukup. Untuk menunggu aku menjadi versi yang jauh lebih baik. Karena bagaimanapun, engkaulah yang paling layak menerima versi terbaikku. Kuharap sabarmu cukup. Untuk tidak banyak menuntut dan memperumit prosesku. Sehingga dengan lapang hati dan suka ria aku menjalani sesuatu yang begitu berat tanpa dukunganmu. Kuharap sabarmu cukup. Kumohon, sabarlah. 3 Juli 2023, A.  22.07