Kurang dari satu jam usiaku 23 tahun. Ada banyak rasa takut, ragu, khawatir, dan lebih dari semua itu aku sangat ingin menangis.
Sejak dua bulan belakangan ini bertambah usia menjadi hal yang mengganggu fikiranku. Entah mengapa angka begitu menyeramkan, juga membuat gusar.
Puncaknya malam ini, setelah berbagai distraksi akhirnya aku menangis. Benar-benar menangis sampai mataku bengkak.
Aku belum siap menjadi dewasa. Aku belum siap menjalani kehidupan orang dewasa. Begitu kusimpulkan.
Bukan. Bukan soal bersikap kekanakan. Aku adalah orang yang jauh sekali dari kekanakan atau manja. Aku pribadi yang dewasa dalam banyak hal. Bahkan aku sudah mulai mampu mengelola emosi (meski tetap berjuang), bukti bahwa aku mendewasa.
Aku belum siap menjadi dewasa, meski aku dinilai sebagai sosok yang dewasa bagi orang-orang yang mengenalku cukup baik (atau bahkan tidak).
Aku hanya belum siap menjalani kehidupan orang dewasa. Terlepas dari semua targetan, rencana masa depan, aku hanya belum siap. Begitu takut, begitu ragu.
Ingin sekali berbagi, ingin kutulis banyak di sini. Akan tetapi aku tidak yakin apakah mampu kutuangkan dalam kondisi hati dan pikiran tak karuan begini.
Kurang dari 45 menit usiaku 23 tahun.
Aku masih merenungi. Sedari tadi kucoba untuk mengerjakan banyak hal, mencoba membagi dan mengurai fikiran. Namun tetap saja, aku masih menyimpan tangis (meski sudah dikeluarkan sebagian).
Apakah hidup memang begini? Usia bertambah, menjadi dewasa lalu menjalani kehidupan yang sudah dirancang sedemikian rupa?
Apakah hidup memang begini? Lahir, tumbuh kembang, masuk sekolah TK-SD-SMP-SMA, lanjut ke universitas, lulus, bekerja, menikah, punya anak, mengurus rumah tangga, begitu hingga tua?
Apakah benar semua ditentukan agar ideal? Usia 7 masuk sekolah, usia 22 lulus kuliah, maksimal usia 25 menikah, dan lain sebagainya?
Apakah boleh memilih pola yang lain? Apakah pilihan itu tersedia?
Apakah boleh aku menentukan sendiri jalan yang ingin aku tempuh? Apakah boleh aku menjadi egois? Apakah boleh aku hanya memikirkan kebahagiaan diriku sendiri?
Sungguh, aku belum siap untuk mengikuti jalan, arah, yang seakan sudah ditakdirkan (oleh persepsi tentu saja).
Aku takut sekali.
Aku takut bila nanti menyakiti, hingga akhirnya rasa takut ini membuatku tertekan. Memendam, menahan, menangis sendirian. Persis seperti yang biasa kulakukan.
Sisa 30 menit lagi di usia 22 tahun.
Aku takut.
Takut tidak punya cukup banyak waktu. Aku takut sekali.
Ingin sekali berbagi rasa takut, tapi hanya ada diriku sendiri.
Diselimuti takut, ulang tahun kali ini terasa berkabung.
Aku sudah berjanji tidak akan merayakan apapun. Tidak akan mengunggah ulang ucapan apapun, tidak akan mempublikasikan apapun. Tanggal lahir di Facebook dan Twitter sudah aku sembunyikan, tidak akan ada pengingat atau apapun di beranda orang-orang.
Aku hanya akan diam. Diam saja. Mencoba berdamai dengan rasa takut. Mencoba memahami diri sendiri. Mencoba menjadi lebih dewasa dan jauh lebih baik lagi. Mencoba tidak membandingkan diriku dengan siapapun yang kutemui (dunia nyata pun maya). Tidak ada tiup lilin, tidak ada jalan-jalan sendirian.
14 Juli 2020, 23 tahun usiaku, masih banyak rasa takutku, banyak ragu.
___
Tulisan ini dimulai pada pukul 23.09 hingga 23.03 pada 13 Juli 2020.
Komentar
Posting Komentar