Kemarin aku ke dokter dan untuk pertama kalinya dalam hidup aku dinyatakan keguguran. Sulit untuk menulisnya, tetapi bila tidak kutulis akan lebih sulit lagi untuk berdamai dengan keadaan. Teringat aku pada canda tawa dengan suami, khayal kami berdua, rumah impian yang tengah kami upayakan agar anak kami nanti tumbuh dengan nyaman. Nama-nama yang kami debatkan, metode pembelajaran yang mulai aku rancang, daftar sekolah mahal yang rasanya mampu kami bayar. Aku menangis karena bersedih hati, menangis untuk hal-hal yang sejatinya memang bukan milikku. Sejujurnya aku tidak menyangka akan mendapat diagnosis abortus. Ketika aku ceritakan keluhanku, dokter sudah menduga dua hal, ancaman keguguran atau memang telah keguguran. Setelah sesi diskusi, dilakukan USG abdomen (di perut), kantong rahim dan janin masih ada, tetapi detak jantung tidak terdengar, ini wajar karena USG abdomen belum bisa mendengar detak jantung bila kehamilan masih di bawah 12 minggu. Berikutnya dilakukan USG Transvaginal ...