Langsung ke konten utama

Pengalaman Pertama.

Kemarin aku ke dokter dan untuk pertama kalinya dalam hidup aku dinyatakan keguguran. Sulit untuk menulisnya, tetapi bila tidak kutulis akan lebih sulit lagi untuk berdamai dengan keadaan.

Teringat aku pada canda tawa dengan suami, khayal kami berdua, rumah impian yang tengah kami upayakan agar anak kami nanti tumbuh dengan nyaman. Nama-nama yang kami debatkan, metode pembelajaran yang mulai aku rancang, daftar sekolah mahal yang rasanya mampu kami bayar. Aku menangis karena bersedih hati, menangis untuk hal-hal yang sejatinya memang bukan milikku.

Sejujurnya aku tidak menyangka akan mendapat diagnosis abortus. Ketika aku ceritakan keluhanku, dokter sudah menduga dua hal, ancaman keguguran atau memang telah keguguran. Setelah sesi diskusi, dilakukan USG abdomen (di perut), kantong rahim dan janin masih ada, tetapi detak jantung tidak terdengar, ini wajar karena USG abdomen belum bisa mendengar detak jantung bila kehamilan masih di bawah 12 minggu. Berikutnya dilakukan USG Transvaginal (lewat vagina), yang omong-omong sudah kulakukan dua kali, jadi ini bukan hal baru buatku. Memang USG transvaginal lebih canggih, jelas terlihat kantong rahim dan janin masih ada di dalam rahim, tetapi setelah sekian lama dicari, detak jantung tidak terdengar. Pada akhirnya dokter memberi tahu bahwa aku sudah kehilangan janinku.

Waktu mendengarnya, rasanya dunia berputar dan aku lemas sekali. Kemudian, alhamdulillah, aku diberi Allah daya untuk tenang, berpikir positif, dan tetap menggunakan logika. Ada beberapa pertanyaan yang kusampaikan ke dokter, yang pada akhirnya membuatku mengerti, penjelasan yang rasanya masuk akal dan bisa kuterima.

Untungnya, dokter ini cerdas, berpikiran terbuka, mungkin juga ia menilai dari pertanyaan dariku, tidak disarankan oleh beliau untuk melakukan kuret dan penanganan lainnya. Aku diminta untuk mencari opini dari dokter lain, bahkan juga diminta untuk melakukan observasi terlebih dahulu, dan tentu istirahat.

Ini bukan kali pertamaku menghadapi urusan orang dewasa yang terkadang menyebalkan sendirian. Sedari dulu aku sudah terbiasa menyelesaikan apapun sendirian. Akan tetapi, ini pertama kalinya aku menghadapi kehilangan, bagian dari diriku, janin sebesar buah berry yang kucintai bahkan sebelum bertemu. Yang kunyanyikan lagu kesukaanku, yang kukira nantinya akan menjadi lagu kami.

Aku bisa katakan bisa mengurus urusan orang dewasa ini dengan baik. Mengurus administrasi, melakukan pembayaran, mengabari orang tua dan suami, kemudian lanjut bekerja. Aku tau aku bisa mengurus dengan baik, menceritakan seadanya kepada rekan kerja, berkata aku bisa kembali aktif dan sibuk kembali, meladeni atasan dan pelanggan saat acara seremonial. Di luar aku tampak seperti biasa. Di dalam hati, betapa aku menangis, menangis dan bersedih hati. Betapa aku ingin terisak sendirian, tetapi rasanya tidak akan mengubah keadaan. Ingin aku ditemani, tapi aku takut merepotkan, karena kutahu aku hanya akan diam dan menangis sesenggukan.

Terlepas dari logikaku berkata tidak ada lagi yang tersisa untuk dipertahankan, sejujurnya aku masih punya harapan. Aku masih berharap Allah memberiku kesempatan, Allah sungguh percaya padaku. Aku masih berdoa, dan ingin berusaha. Untuk itu aku tidak minta untuk dikuret atau diberi obat perangsang untuk dikeluarkan janin kecil yang jantungnya belum sempurna. Untuk itu aku ingin melakukan observasi, untuk itu aku akan mencari opini kedua, ketiga, keempat seterusnya.

Berat memang, berat memang mengikhlaskan. Apalagi saat ini aku masih pada tahap penyangkalan, tidak terima. Aku bingung harus bagaimana. Aku takut, sungguh takut, tetapi bagaimanapun aku tahu, tiadalah dayaku, tiadalah kehendakku bisa sesuai inginku. Aku pasrah, aku berserah.

Aku menulis ini dengan penuh pengharapan, dengan penuh ketenangan dan sesekali tangisan. Setelah ini mungkin aku akan menangis lagi, atau menulis lagi. Setelah ini mungkin aku akan ke pantai, duduk diam sendirian. Setelah ini mungkin aku akan tidur, lalu terbangun untuk minum lalu menangis lagi sampai ketiduran.

Aku bersedih hati, tetapi sungguh aku tidak ingin bersusah hati dan menyiksa diri. Ini pengalaman pertamaku, tak ingin aku merusaknya dengan kenangan buruk, sepahit apapun, ini adalah pembelajaran, yang prosesnya berarti dan harus indah untuk dikenang nanti olehku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Train to Busan (2016) Review & Sinopsis (+Spoiler) : i see human, but not humanity.

Sore tadi, aku menonton film yang sebenarnya sudah cukup lama ingin ku tonton. Bukan genre favorit sesungguhnya, namun cukup menarik minatku. Kebetulan teman se kosku, Elva ingin menonton film ini, tapi dia takut sendirian. Baiklah, cukup basa-basinya. Selamat membaca :) for more pictures search on google ;) Train to Busan adalah film asal negeri ginseng, Korea Selatan yang berhasil mengagetkan industri perfilman internasional. Tidak hanya sukses di negara terdekat saja, Train to Busan menggemparkan ranah film barat yang memang sudah sering mengangkat cerita serupa : ZOMBIE. Sebagaimana yang sudah kusampaikan di awal, film yang menampilkan zombie tidak pernah masuk dalam daftar tontonan favoritku. Aku sangat jijik melihat zombie yang berdarah-darah, memakan manusia dengan rakus dan penampilannya yang membuatku ingin muntah. Tidak banyak film serupa yang pernah kutonton, Price Prejudice and Zombies, Warm Bodies dan satu film lagi yang dibintangi oleh Tom Cruise yang

Dikejar Monyet

Aku akan berkisah tentang pengalaman yang sangat luar biasa Yang kualami sendiri Hari ini, aku ada rapat di sekre BEM Universitas Riau. Persiapan acara nasional di bulan Maret nanti Dan kebetulan aku adalah CO Acara Seperti biasa, aku berjalan kaki dari kos Melewati jalanan kampus yang sepi Seharusnya aku sudah memposting sebuah tulisan yang kubuat hari Kamis lalu, tapi aku lupa Tentang monyet Namun tenang saja, ketika aku menulis kisah ini postingan itu sudah bisa kau baca Mungkin ini adalah teguran dari Allah Aku begitu sombong Kau boleh membacanya di sini Hari ini aku diberi sebuah pengalaman yang sangat luar biasa Entahlah bagaimana caranya menceritakan Tapi kau harus baca jika ingin tau Kembali lagi ke cerita hari ini Jika kau sudah membaca postinganku sebelumnya kau pasti sudah tau bahwa ada sebuah jalan yang harus dilewati jika ingin ke sekre, dan orang-orang yang lewat di jalanan tersebut sering melihat monyet, bahkan dikejar. Nah, sebagaimana yang kutul

Puisi Pendek Kala Hujan (6)

Sebagai gadis yang jatuh cinta kepada rintik Jelas tak ada alasan bagiku untuk berteduh di kala hujan Namun jika itu adalah dalam pelukmu Aku rela terus disana Meski harus tenggelam bersama luka Bersama hujan pagi dan dingin di kamar kos yang sepi Anne