Aku kira ketika dewasa bisa bermain sepuasnya, ternyata menjadi dewasa itu tidak menyenangkan. - Tayo, Bis Kecil yang Ramah
Seperti kebanyakan anak-anak, adik-adikku yang masih balita juga sangat menyukai film kartun. Mereka akan duduk tenang saat filmnya diputar dan akan menangis jika channel nya ditukar. Maka dari itu, akupun juga ikut menonton semua film kartun favorit mereka, karena televisi di rumah kami ada satu.
Tayo, adalah satu dari sekian film kartun favorit mereka. Tayang dua kali sehari, pagi dan sore, Tayo mampu menghadirkan keceriaan bagi penonton (aku dan adik-adikku) karena memang memiliki sifat yang periang dan suka bermain bersama teman-temannya. Ah ya Tayo adalah bus kecil berwarna biru yang bertugas sebagai bus kota di rutenya sendiri (aku tidak tau rutenya), yah seperti Trans Metro Pekanbaru lah.
Menurutku Tayo adalah serial kartun yang baik ditonton anak-anak. Tidak hanya kelucuan yang ia miliki, namun juga pesan moral yang sangat perlu disampaikan kepada anak-anak. Namun ada satu episode yang sangat berbekas padaku. Yaitu saat Tayo berubah menjadi dewasa. Begini ceritanya.
Tayo sangat suka bermain. Setelah menyelesaikan rutenya, ia dan teman-temannya bermain hingga larut malam. Hal ini membuat Cito, bus dewasa memarahi Tayo karena kenakalannya tersebut. Tayo pun merasa sedih dan kesal dan berharap ia sudah dewasa.
Tayo dan Nenek (sebelum berubah menjadi penyihir) (Capture by me via YouTube) |
Pada suatu hari Tayo begitu lelah setelah berkeliling kota mengantar penumpang. Lalu ia bertemu seorang nenek (yang juga bus) di pinggir jalan yang meminta tolong kepada Tayo. Singkat cerita Tayo pun menolong nenek tersebut. Kemudian nenek tersebut berubah menjadi seorang penyihir dan berkata akan mengabulkan permintaan Tayo karena sudah menolongnya. Guess what ? Tayo meminta agar ia menjadi dewasa ! Penyihir pun mengabulkannya, meski ia sempat bertanya apakah Tayo yakin dengan keputusannya. Tayo pun sangat yakin, tampaknya ia benar-benar ingin menjadi dewasa.
Ketika ia sampai di garasi bus, semua orang menghormatinya. Ia disegani. Hal ini membuat Tayo menjadi senang. Kesempatan inipun dimanfaatkannya untuk mengajak teman-temannya bermain di taman bermain. Hana (pengawas bus) pun mengizinkan, selagi Tayo bersama mereka (Lani, Gani, Rogy). Tayo sangat senang dan mereka bermain hingga larut malam.
Esoknya Tayo bangun kesiangan. Bus-bus kecil pun juga kesiangan karna terlalu lelah bermain semalaman. Sementara warga kota sudah menunggu di halte (aku tau sekali rasanya menunggu lama bus yang datang tidak sesuai jadwal) hingga Rocky (polisi) dan mobilnya Pet mendatangi garasi bus dan memarahi Tayo karna tidak menjalankan tugasnya membangunkan bus-bus kecil dan memastikan mereka disiplin dan sesuai jadwal. Tayo tidak tau kenapa ia yang disalahkan. Belum sempat is bertanya, tugas selanjutnya telah datang. Ia harus menemani Hana membeli peralatan bengkel dan memastikan rute baik-baik saja.
Tayo sangat lelah hari itu. Ketika ia bersiap istirahat, Hana memanggilnya untuk menggantikan bus-bus kecil menjalankan rute. Tayo tidak dapat mengeluh, karena ia sudah dewasa. Akhirnya Tayo mengerti bahwa bus besar bertugas pada malam hari karena tidak aman bagi bus kecil berkeliling pada malam hari.
Tayo sangat menyesal dengan keputusannya menjadi dewasa. Tidak sesuai dengan ekspektasinya. Ia mengira ketika dewasa akan puas bermain tanpa diatur oleh siapapun. Ia bisa melakukan apa yang diinginkannya. Tapi ternyata ketika dewasa ia memiliki tanggung jawab yang begitu besar.
Tanpa ia sadari ia berpapasan dengan sang penyihir. Ia menyampaikan penyesalannya dan memohon agar ia diubah kembali menjadi anak-anak. Penyihirpun tersenyum dan mengabulkan permohonan Tayo.
Tayopun kembali ke garasi. Ia sangat senang sudah menjadi anak-anak lagi dan berjanji pada Hana dan Cito (bus dewasa) tidak akan nakal dan bermain hingga malam lagi. Tayo merasa menjadi anak-anak adalah hal yang paling membahagiakan
___
Begitulah cerita Tayo. Pernahkah kamu merasa demikian ? Ketika kita kecil dulu, kita sangat ingin menjadi dewasa. Tapi sekarang kita sangat iri melihat anak-anak tertawa riang, memimpikan kembali ke taman kanak-kanak. Masa dimana semua jauh lebih mudah, tidak ada beban Dan masalah menghimpit dada. Apakah kamu begitu ?
Ekspresi yang mungkin ditampilkan ketika berkata hal di atas (In frame : Nurfatimah, 4 tahun) |
___
Ketika remaja (awal SMP) dulu aku sangat ingin segera menjadi dewasa. Aku bisa melakukan semua sesuka hatiku. Bebas bermain kesana kemari. Berhak menentukan apapun yang kumau. Tidak harus mencuci piring setiap sore, tidak harus menyapu rumah, tidak harus mengerjakan semua yang diperintahkan Mama dan menuruti semua aturan Papa. Aku sangat ingin segera berusia 18 tahun (kalau di Amerika usia segini sudah bukan tanggung jawab orang tua lagi, usia kebebasan). Aku ingin segera bebas dari semuanya.
Namun ternyata ketika aku sudah 18 tahun, mulai kuliah dan jadi mahasiswa rantauan semua membuka mataku. Ternyata menjadi dewasa itu tidak mudah. Tidak seperti bayanganku. Memang lebih bebas, namun kebebasan ini memaksaku untuk membarenginya dengan tanggung jawab. Amanah yang diberikan orang tua harus kuemban dengan sebaik mungkin. Selama berada di Pekanbaru aku memang bisa melakukan apapun yang kuinginkan. Aku bisa berbuat sesukaku. Karena yang bertanggungjawab adalah diriku sendiri. Semua pertanggungjawaban adalah kepada diriku sendiri.
Lihat ?
Sangat sulit ternyata ketika orang yang bertanggungjawab dan kepada siapa mempertanggungjawabkan hal tersebut adalah diri sendiri.
Buah dari kebebasan |
Ketika akan melakukan sesuatu, pastilah semua harus dipikirkan sebaik mungkin. Karna menyangkut kepada diri sendiri, maka jangan sampai terjadi hal yang merugikan diri sendiri.
Ketika aku memilih bolos kuliah, aku harus sudah tau resiko apa yang kudapatkan, ketinggalan materi atau jatah absen yang berkurang.
Ketika aku memilih keluyuran seharian, aku harus tau apa saja kemungkinan yang kuhadapi sepanjang perjalanan.
Ketika aku memilih begadang, aku harus bersiap menderita sakit kepala hingga mimisan.
Itu hanya sedikit saja dari jutaan kebebasan yang kumiliki, namun harus kupertanggungjawabkan pada diriku sendiri.
__
Ketika sudah 20 tahun ini semakin banyak tanggungjawab ku. Amanah bukan lagi dari orangtua. Menjadi satu bersama diriku. Banyak yang harus dipikirkan. Tidak hanya soal diriku lagi sekarang, tidak lagi seperti itu. Amanah menjadikanku juga harus bertanggungjawab pada sekitarku. Kepada Mama dan Papa yang telah mengupayakan agar aku bisa berada di titik sekarang ini, pada organisasi yang di dalamnya ada diriku, juga pada orang-orang yang mengharapkanku.
Ini bukan lagi soal Aku. Ini soal mimpi, amanah, tanggungjawab diriku dan orang lain yang bersedia membersamaiku.
Pundak yang mesti dikuatkan |
__
Seperti Tayo, ternyata menjadi dewasa membebaniku juga. Namun sialnya aku tak bisa memohon pada penyihir manapun agar dapat kembali menjadi anak-anak. Kalaupun bisa aku juga tak ingin. Aku tak ingin kembali pada hari ketika aku menjadi anak rumahan paling manis yang memiliki sedikit sekali teman dan menghabiskan waktu dengan bermain boneka Barbie, sibuk dalam khayalan sendiri.
20 tahun yang penuh suka duka ini adalah anugerah, kenapa harus meminta kembali pada masa lalu ?
__
Pertanyaannya, apakah benar menjadi dewasa itu tidak enak ?
Tentu saja itu kembali kepada kita, sosok dewasa yang menjalani kehidupan. Masalah tentu saja akan datang, silih berganti memberi warna. Tapi bukankah semua akan menemukan solusi pada jalannya ?
Dengan semua problematika yang ada, adalah pembelajaran bagi kita. Adalah proses untuk menjadi sebenar dewasa.
Kuatlah... Badai akan berlalu. |
Dengan semua keletihan, kesusahan, kegagalan, dan drama dalam cerita akan menguatkan kita. Menjadikan kita lebih tangguh dari sebelumnya.
Ingatlah, nakhoda perkasa tidak pernah lahir dari ombak yang tenang.
__
Jika ditanya apakah aku merasa menjadi dewasa tidak enak, maka jawabku adalah aku bersyukur diberikan umur hingga hari ini, bisa menjalani hari-hari yang begitu luar biasa.
Untuk apa merasa takut ? |
Perihal masalah yang pasti datang tidak pernah membuatku takut. Sebesar apapun rintangan dan masalahku, aku memiliki Allah yang lebih besar dari mereka semua dijadikan satu (Allahuakbar!). Semoga kamu juga ya :)
Komentar
Posting Komentar