Langsung ke konten utama

Aku dan 21 tahunku : sebuah ucapan


Aku selalu menantikan hari dimana aku berusia 21 tahun. Oke baiklah, aku memang tak sabaran menunggu pertambahan usiaku. Setiap tahun. Selalu.

Sore hari, menjelang magrib ibuku--Mama sudah berada di Polindes (Pondok Bersalin Desa) Gando. Jangan tanya dimana, aku tak dapat menjamin apakah bisa kau temui di peta. Hari itu resepsi pernikahan Kakak pertama Papaku, dan aku mendadak ingin melihat dunia. Tidak peduli betapa hingar bingar di rumah nenekku sore itu, tidak peduli betapa repotnya seluruh anggota keluarga, aku tetap menggeliat di perut Mama, memaksa keluar.

14 Juli 1997 pukul 18.00 WIB aku lahir dari rahim perempuan terhebat seluruh dunia. Perempuan serba bisa, perempuan tersayang, perempuan terkasih, perempuan yang menjadi sumber inspirasi dalam hidupku. Aku tau Mama dan Papa pasti berbahagia atas kelahiranku. Iyadong! Anak pertama lho!!!!
21 tahun : legal age; dewasa; bebas; tanggung jawab.
Hari ini, 14 Juli 2018. 21 tahun usiaku. Sudah cukup dewasa, rasaku. Bukankah orang bilang 21 adalah "legal age". Usia dimana kata orang bisa melakukan apapun. a-p-a-p-u-n. Tentu saja "apapun", karna apapun itu adalah tanggungjawabku (soal dewasa dan tanggungjawab buatku bisa dibaca di sini).

___

Usiaku 21 tahun hari ini. Artinya sudah 21 tahun aku menjadi warga bumi. Menjadi penikmat nikmat dan karunia Allah SWT, untuk itu syukur tak terkira dariku atas segala anugerah dan kesempatan yang telah diberikan kepadaku. Rasa syukur yang tak akan bisa kutuliskan, yang tak akan habis jika aku lafalkan dalam doa-doaku.

___

Usiaku 21 tahun hari ini. Artinya telah 21 tahun pula aku menjadi anak dari kedua orangtuaku. Anak dengan segala perangai, baik-burukku. Tidaklah cukup terimakasih dan doa, tidakkan cukup sejuta berlian untuk membalas jasa. Aku bisa apa? Aku hanyalah seorang anak yang berjuang agar bisa dibanggakan Mama dan Papa. Anak yang bertanggungjawab, atas diriku dan adik-adikku. 21 tahun usiaku, sadar aku banyak salahku, banyak pula dosaku. 21 tahun usiaku, kasih sayang kedua orang tua lah yang menguatkanku. 21 tahun usiaku, bukanlah siapa-siapa aku tanpa doa dan semangat Mama, bukanlah apa-apa aku tanpa kerja keras Papa.
___


Menilik ke masa lalu. 21 tahun lalu. 20 tahun lalu. 19 tahun lalu. 18, 17, 15, 14, 13, 12, 11, 10, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1.......
___

Masa kecilku, bahagia. Aku memiliki yang mungkin diidamkan semua anak seusiaku. Orangtua, boneka, baju yang indah. Apalagi? Seingatku dulu aku adalah anak yang riang tapi pemalu, dan moody. Ya, sedari kecil aku memang terkenal moodyan. Kalimat yang sering kuucapkan ketika ada yang memanggilku adalah "jan imbau lo ane, ane ndak mood do" dengan bahasa minang yang menggemaskan. Kalimat ini masih diingat oleh banyak orang, dan menjadi bahan ejekan hingga sekarang. Separah itu.


Siapa sangka ketika dewasa menjadi begitu galak?

Harus kusampaikan aku adalah anak yang beruntung. Aku adalah anak yang tidak kurang kasih sayang, tentu saja. Dan ya! Aku adalah anak yang menggemaskan.

Semasa TK (5 tahun), aku sudah mulai mengikuti perlombaan. Senam dan LCC yang paling kuingat. Bagaimana setiap hari latihan senam, atau betapa sulitnya belajar bersama Mama agar bisa menjawab dengan benar. Masih jelas sekali dalam ingatanku. Semasa TK pula aku bisa membaca (hasil latihan bersama Mama), dan mulai menjadi kutu buku. Bobo adalah favoritku!


Semasa SD (6-11 tahun) adalah hari-hari cemerlang. Juara pertama tak pernah bosan. Selalu juara satu. Aku juga mengikuti berbagai perlombaan: pidato,  mendongeng, fashion show, dan selalu terpilih menjadi perwakilan sekolah dalam berbagai perlombaan (yang sudah kulupakan apa saja). Ketika SD pula aku mulai menulis. Suka sekali menulis puisi. Sejak SD pula aku terbiasa menulis catatan harian. Catatan harian yang hingga hari ini masih kusimpan, rapi di kamar kosan (iyaaa gaez semua kubawa wakakak).

Semasa SMP (12-14 tahun), tak jauh beda. Masih selalu juara 1. Sempat beberapa kali juara umum. Aktif di OSIS dan PMR (mulai mengukir prestasi di PMR sejak kelas VII). Sering menjadi perwakilan sekolah untuk olimpiade Matematika (believe me or not, dulu jago banget). Dan sering hunting foto (oke gaul sekali memang). Masa SMP adalah masa pubertasku, masa mencari jati diri, masa jatuh cinta, masa banyak ingin tahu. Bersyukurnya aku, masa itu lebih banyak kegiatan positifku daripada tidaknya.

Semasa SMA (15-17 tahun), adalah masa-masa jatuh cinta, masa patah hati, masa penuh mimpi. Masa-masa yang banyak malu dan lucunya untuk dikenang. Masa-masa berprestasi (uhuy!). Entah berapa Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) yang aku dan partnerku ikuti (dan memenangkannya pula), berbagai lomba debat, berbagai Lomba Cerdas Cermat (dari umum hingga LCC 4 Pilar), lomba menulis (essay, cerpen, puisi), dan apalagi ya? Saat itu bahagia versiku adalah ketika namaku dipanggil maju ke depan di hari Senin pagi setelah upacara bendera untuk menyerahkan piala ke sekolah. Bangga dong!

Semasa kuliah (18-sekarang), adalah masa-masa penuh pendewasaan. Semua soal berproses. Soal menjemput asa dan impian. Soal gagal, jatuh, dan berdiri lagi. Buatku bagian ini adalah bagian terpenting selama 21 tahun ini. Penting sekali karna aku hari ini merupakan bentukan aku di masa sebelumnya. Impian yang terwujud, resolusi yang tak jumpa realisasi. Semua terangkum dalam proses pendewasaan ini. Menjadi mahasiswa, menjadi organisator, menjadi aktivis kampus, menjadi role model, menjadi sosok yang siap menyongsong masa depan. Fase ini adalah fase yang sangat berharga, adalah momen dimana misi dirancang sedemikian rupa untuk mencapai visi yang telah jelas.
___

Usiaku 21 tahun hari ini. Banyak yang sudah kulewati, lebih banyak lagi yang harus kusyukuri : atas oksigen berlimpah; atas otak yang masih bisa berfikir; atas tubuh yang masih kuat.
___

Usiaku 21 tahun hari ini. Masih banyak mimpiku. Masih membubung asaku. Rencanaku, targetanku menunggu untuk direalisasikan. Semoga Allah selalu menyertaiku.
___

Usiaku 21 tahun hari ini. Semoga di sisa umurku, lebih baik diriku, lebih bermanfaat aku bagi sekitarku.
___
Usiaku 21 tahun hari ini. Semoga diperlihara sifat baikku, dihilangkan kebiasaan jelekku. Semoga kekuranganku tidak menyusahkan dan kelebihanku dapat meringankan beban sekitarku.
___

Usiaku 21 tahun hari ini. Banyak sekali doaku. Yang kuucap di bawah gemerlap bintang, kala mentari malu-malu di ufuk, saat langit begitu biru. Kuhela doa, berharap angin membawa ke angkasa. Indah sekali hari ini, seakan ikut merayakan syukurku.
___

Usiaku 21 tahun hari ini. Bukanlah apa-apa aku tanpa  Terimakasih atas semua doa, kasih sayang, kepedulian yang telah diberikan padaku.
___

Usiaku 21 tahun hari ini. Selamat ulang tahun diriku, kupersembahkan sebuah sajak sebagai pengingat betapa aku dicintai: oleh diriku sendiri.


Kepadamu yang hari ini berusia 21 tahun

Kau tau, adalah indah kemandirianmu
Kau kuat, teguh
Laksana karang ditepi lautan:
akan terkikis terjangan ombak, namun tetap tegar bertahan.
Maka teruslah begitu


Kau tau, ketidaksempurnaan tidak menghentikanmu
untuk terus menggapai sejuta asa
yang kau lukis dalam catatan harianmu
Maka teruslah begitu


Kau tau, seperti langit biru yang kau puja;
seperti gemerlap bintang yang selalu buatmu terpesona;
dan seperti pagi dengan mentarinya
Kau tak akan kehilangan bahagia, kau takkan kehabisan cara untuk tertawa
Maka teruslah begitu


Kau tau, hidup ini tak serupa kebanyakan kisah cinta yang kau baca
Kau akan menyempurnakan yang ada
Maka teruslah begitu


Kau tau, hadirmu adalah wujud kasih sayang dari kedua orangtuamu
Maka jangan berhenti untuk mencintai diri sendiri...
___

Usiaku 21 tahun hari ini. Terimakasih untuk semua ucapan dan doa yang dikirimkan padaku. Terimakasih, terkhusus padamu yang bersedia membaca hingga akhir. Semoga doa-doa yang telah dilafalkan, berbalik kepadamu. Semoga bahagia selalu bersamamu. Semoga Allah selalu menjagamu... 
<3
_
Aku. 21 tahun. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Train to Busan (2016) Review & Sinopsis (+Spoiler) : i see human, but not humanity.

Sore tadi, aku menonton film yang sebenarnya sudah cukup lama ingin ku tonton. Bukan genre favorit sesungguhnya, namun cukup menarik minatku. Kebetulan teman se kosku, Elva ingin menonton film ini, tapi dia takut sendirian. Baiklah, cukup basa-basinya. Selamat membaca :) for more pictures search on google ;) Train to Busan adalah film asal negeri ginseng, Korea Selatan yang berhasil mengagetkan industri perfilman internasional. Tidak hanya sukses di negara terdekat saja, Train to Busan menggemparkan ranah film barat yang memang sudah sering mengangkat cerita serupa : ZOMBIE. Sebagaimana yang sudah kusampaikan di awal, film yang menampilkan zombie tidak pernah masuk dalam daftar tontonan favoritku. Aku sangat jijik melihat zombie yang berdarah-darah, memakan manusia dengan rakus dan penampilannya yang membuatku ingin muntah. Tidak banyak film serupa yang pernah kutonton, Price Prejudice and Zombies, Warm Bodies dan satu film lagi yang dibintangi oleh Tom Cruise yang

Dikejar Monyet

Aku akan berkisah tentang pengalaman yang sangat luar biasa Yang kualami sendiri Hari ini, aku ada rapat di sekre BEM Universitas Riau. Persiapan acara nasional di bulan Maret nanti Dan kebetulan aku adalah CO Acara Seperti biasa, aku berjalan kaki dari kos Melewati jalanan kampus yang sepi Seharusnya aku sudah memposting sebuah tulisan yang kubuat hari Kamis lalu, tapi aku lupa Tentang monyet Namun tenang saja, ketika aku menulis kisah ini postingan itu sudah bisa kau baca Mungkin ini adalah teguran dari Allah Aku begitu sombong Kau boleh membacanya di sini Hari ini aku diberi sebuah pengalaman yang sangat luar biasa Entahlah bagaimana caranya menceritakan Tapi kau harus baca jika ingin tau Kembali lagi ke cerita hari ini Jika kau sudah membaca postinganku sebelumnya kau pasti sudah tau bahwa ada sebuah jalan yang harus dilewati jika ingin ke sekre, dan orang-orang yang lewat di jalanan tersebut sering melihat monyet, bahkan dikejar. Nah, sebagaimana yang kutul

Puisi Pendek Kala Hujan (6)

Sebagai gadis yang jatuh cinta kepada rintik Jelas tak ada alasan bagiku untuk berteduh di kala hujan Namun jika itu adalah dalam pelukmu Aku rela terus disana Meski harus tenggelam bersama luka Bersama hujan pagi dan dingin di kamar kos yang sepi Anne