Langsung ke konten utama

Bingung.

Kenapa ya sampai sekarang aku masih sulit untuk berbagi kisah? Sulit sekali untuk curhat, takut untuk menuangkan beban di kepala.

Kenapa ya sampai sekarang aku masih takut untuk melepas lelah pada orang lain? Masih khawatir apakah ceritaku bisa membebani. Khawatir apakah aku bisa dimengerti. Khawatir apakah orang lain mau mendengar keluh kesahku.

Apakah aku memang ditakdirkan untuk menyimpan semuanya sendiri? Apakah memang tidak boleh berbagi? Apakah terlalu mandiri?

Aku juga ingin punya "human diary". Apakah memang tidak ada yang bersedia, atau  aku yang sulit untuk percaya?

Aku juga ingin punya seseorang yang bisa mengerti, mendengarkan tanpa tanya dan syarat, yang bersedia memberikan waktu luang.
Apakah memang tidak ada atau memang aku yang tak membuka jalan?

Apakah aku memang ditakdirkan untuk menyimpan semuanya sendiri? Lantas ketika tidak sanggup lagi menulis diiringi tangis sedih dari hati?

Apakah aku memang ditakdirkan untuk menjadi kuat sendiri, untuk sekali mandiri?

Aku juga ingin dikuatkan, aku juga ingin diberi kekuatan.

Aku juga ingin tangisku diredakan. Aku juga ingin memiliki seseorang yang bisa mengerti, memahami, mendengarkan...

Aku lelah terus bersikap kuat. Aku lelah terus menerus harus menjadi mandiri.

Rasanya seakan tidak memiliki siapa pun. Apakah memang tidak ada seorangpun yang bisa kupercaya untuk mencurahkan isi hati terdalam?

Bahkan, menulis status, menulis WA story/ig story pun  tidak berani kulakukan.

Aku juga ingin memiliki 911 yang bisa selalu siap sedia.

Apakah aku memang ditakdirkan untuk menelan semuanya sendiri?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Train to Busan (2016) Review & Sinopsis (+Spoiler) : i see human, but not humanity.

Sore tadi, aku menonton film yang sebenarnya sudah cukup lama ingin ku tonton. Bukan genre favorit sesungguhnya, namun cukup menarik minatku. Kebetulan teman se kosku, Elva ingin menonton film ini, tapi dia takut sendirian. Baiklah, cukup basa-basinya. Selamat membaca :) for more pictures search on google ;) Train to Busan adalah film asal negeri ginseng, Korea Selatan yang berhasil mengagetkan industri perfilman internasional. Tidak hanya sukses di negara terdekat saja, Train to Busan menggemparkan ranah film barat yang memang sudah sering mengangkat cerita serupa : ZOMBIE. Sebagaimana yang sudah kusampaikan di awal, film yang menampilkan zombie tidak pernah masuk dalam daftar tontonan favoritku. Aku sangat jijik melihat zombie yang berdarah-darah, memakan manusia dengan rakus dan penampilannya yang membuatku ingin muntah. Tidak banyak film serupa yang pernah kutonton, Price Prejudice and Zombies, Warm Bodies dan satu film lagi yang dibintangi oleh Tom Cruise yang

Dikejar Monyet

Aku akan berkisah tentang pengalaman yang sangat luar biasa Yang kualami sendiri Hari ini, aku ada rapat di sekre BEM Universitas Riau. Persiapan acara nasional di bulan Maret nanti Dan kebetulan aku adalah CO Acara Seperti biasa, aku berjalan kaki dari kos Melewati jalanan kampus yang sepi Seharusnya aku sudah memposting sebuah tulisan yang kubuat hari Kamis lalu, tapi aku lupa Tentang monyet Namun tenang saja, ketika aku menulis kisah ini postingan itu sudah bisa kau baca Mungkin ini adalah teguran dari Allah Aku begitu sombong Kau boleh membacanya di sini Hari ini aku diberi sebuah pengalaman yang sangat luar biasa Entahlah bagaimana caranya menceritakan Tapi kau harus baca jika ingin tau Kembali lagi ke cerita hari ini Jika kau sudah membaca postinganku sebelumnya kau pasti sudah tau bahwa ada sebuah jalan yang harus dilewati jika ingin ke sekre, dan orang-orang yang lewat di jalanan tersebut sering melihat monyet, bahkan dikejar. Nah, sebagaimana yang kutul

Puisi Pendek Kala Hujan (6)

Sebagai gadis yang jatuh cinta kepada rintik Jelas tak ada alasan bagiku untuk berteduh di kala hujan Namun jika itu adalah dalam pelukmu Aku rela terus disana Meski harus tenggelam bersama luka Bersama hujan pagi dan dingin di kamar kos yang sepi Anne