Langsung ke konten utama

Ini Lima Cara Bertanggung Jawab terhadap Sampah yang Kamu Hasilkan!

Salah satu hal yang membebaniku dalam masalah sampah di Indonesia adalah banyaknya Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang makin hari sampahnya kian menggunung. Termasuk TPA di kotaku, TPA Muara Fajar 2 Pekanbaru. Usianya menuju tiga tahun, tetapi lima hektar seakan kurang, butuh penambahan lahan lagi. Apakah perencanaan yang kurang matang atau manajemen yang kurang baik? Entahlah, aku tidak mengerti.

Aku dan TPA Muara Fajar, Oktober 2019. Tahun pertama beroperasi.

Keadaan ini miris sekali. Kucari-cari celah, benarkah ini kesalahan Pemerintah? Mungkin iya. Akan tetapi aku mengerti bahwa kita, masyarakat, memiliki peranan besar terhadap jumlah sampah yang masuk ke TPA. Di Pekanbaru misalnya, sekitar 700 – 800 ton sampah/hari masuk ke TPA Muara Fajar.

Padahal sebenarnya jumlah ini bisa dikurangi melalui berbagai upaya pengurangan sampah. Akan tetapi, faktanya saat ini pengurangan sampah masih sedikit dilakukan. Menurut data dari SIPSN, pengurangan sampah di Pekanbaru pada tahun 2020 hanya sebesar 23,15%. Sangat kecil dibandingkan sampah yang dihasilkan dan masuk ke TPA.

Berkaca pada hal ini, aku menyadari bahwa tidak bisa menggantungkan seluruhnya kepada Pemerintah. Aku pernah berada pada posisi sibuk menyalahkan, hingga akhirnya aku tahu ada yang bisa aku lakukan untuk pengelolaan sampah Indonesia yang lebih baik. Kamu ingin tahu? Ini lima cara yang juga bisa kamu lakukan:

1.      Sadari bahwa sampah adalah tanggung jawab masing-masing.

Menyadari bahwa kita bertanggung jawab atas setiap sampah yang kita hasilkan adalah kunci utama. Dengan memiliki rasa tanggung jawab, maka rasa kepedulian akan muncul sehingga timbul keinginan untuk melakukan aksi nyata sebagai bentuk tanggung jawab tersebut.

Foto: Brett Jordan via Unsplash

Aksi nyata ini bisa berupa mulai menerapkan gaya hidup minim sampah, bijak mengelola sampah, hingga menjadi pegiat dan penggiat yang menaruh perhatian khusus pada sampah. Kamu, sudah di tahapan mana?

2.      Pilah Sampah

Mudah dikatakan, tetapi lebih sulit untuk dilakukan. Memilah sampah adalah tahapan awal dalam mengelola sampah.

Wadah Pemilahan Sampah Terpilah (Foto: Pawel Czerwinski via Unsplash)

Dengan memilah sampah sesuai jenisnya, yaitu organik (sisa sayuran, buah, makanan, dll), anorganik (kertas, plastik, kaca, alumunium dll), dan B3 (baterai, obat-obatan, dll) kamu dapat menentukan langkah apa yang akan kamu lakukan selanjutnya. Awalnya akan terasa repot, tetapi setelah terbiasa akan terasa mudah. Bisa karena biasa, betul?

3.      Mulai mengompos

Setelah melakukan pemilahan sampah, kamu akan menyadari bahwa sampah organik yang kamu hasilkan ternyata lebih banyak daripada sampah anorganik. Apalagi bila rutin memasak di rumah, sisa sayuran, sisa makanan semalam, kulit buah dan lain sebagainya menjadi sampah yang paling sering dihasilkan.

Apakah dengan memasukkan ke dalam plastik lalu menunggu petugas sampah membawa sampahmu ke TPA adalah hal bijak? Tentu saja tidak. Saat ini sampah organik mendominasi komposisi sampah di TPA. Sampah organik lebih berbahaya daripada sampah anorganik di TPA, karena dapat menghasilkan gas metan. Gas metan ini dapat menimbulkan ledakan di TPA, lebih buruknya lagi gas ini memperburuk keadaan atmosfer dan menyebabkan pemanasan global (global warming).

Sampah organik rumah tangga. (Foto: Shofiyatul Amaliyah)

Lalu, mesti bagaimana? Tentu saja dengan mulai mengompos. Sampah organik yang telah dipilah dapat dikelola menjadi pupuk kompos. Ingat, sampah organik saja ya. Bisa daun kering, sisa makanan, tulang, kulit buah, sayuran, dan lain sebagainya. Selain mengurangi sampah yang masuk ke TPA, membuat kompos skala rumahan bisa digunakan untuk tanaman/kebun sendiri. Ini namanya sekali dayung dua pulau terlampaui.

Mulai mengompos di rumah (Foto: instagram/arlkiv)

Tidak sulit membuat kompos, cukup siapkan peralatan mengompos, masukkan sampah organik yang sudah dipilah, lalu tutup. Kamu bisa menggunakan ember bekas kaleng cat wadah yang tersedia di rumahmu, tetapi bila ingin memiliki peralatan yang lebih baik, mungkin kamu akan tertarik untuk membeli peralatan dan perlengkapan mengompos dari Waste4Change. Peralatan dan perlengkapan mengompos ini terdiri dari composting bag dan kompos starter. Kamu juga bisa memiliki paket mana yang sesuai dengan kebutuhanmu. Nantinya juga akan diberi petunjuk penggunaan, lengkap dari jenis sampah, hingga tips mengompos. Bagaimana, kamu ingin mulai mengompos?

4.      Daur ulang sampah anorganik!

Kamu pasti pernah mendengar istilah 3R atau Reduce, Reuse, Recyle. Ini adalah cara terbaik untuk mengurangi sampah. Reduce (mengurangi), seperti membawa botol minum, tolak kantong plastik sekali pakai dan membawa tas belanja, dan lain sebagainya. Reuse (menggunakan kembali), seperti menggunakan lembaran belakang kertas revisian skripsi. Recycle (mendaur ulang), seperti membuat kerajinan dari plastik, kertas, dan lain sebagainya.

Tas Daur Ulang dari Kemasan Plastik (Foto: DLHK Kota Pekanbaru)

Ketika telah melakukan reduce dan reuse, tetapi masih menghasilkan sampah anorganik, maka recycle adalah jalan terbaik. Masalahnya, tidak semua orang memiliki bakat dan waktu untuk mendaur ulang. Akan tetapi, kita bisa mengirimkan sampah anorganik terpilah untuk didaur ulang melalui program  “Recycle with Us” dari Waste4Change.

Recycle with Us adalah program dari Waste4Change yang memberikan solusi bagi siapa saja yang tidakingin sampah anorganik yang dihasilkannya berakhir di TPA atau laut. Dalam program ini, Waste4Change berkolaborasi dengan perusahaan atau brand yang telah menerapkan konsep Extended Producer Responsibility Indonesia sehingga memastikan sampah anorganik yang diterima akan didaur ulang.

Send Your Waste dari Waste4Change (Foto: Waste4Change)
Caranya mudah, pastikan sampahmu terpilah dan dalam keadaan bersih (kering, tidak bau). Ini adalah syarat utama. Kemudian buka laman send your waste, isi formulir, kemasi sampahmu dan jadi, deh! Kamu siap mengirimkan sampahmu untuk didaur ulang.

5.      Gunakan jasa pengelolaan sampah!

Sebagian dari kita mungkin memiliki keinginan yang besar untuk mengelola sampah, sadar dan peduli akan hal ini. Namun bisa jadi tidak memiliki cukup waktu karena kesibukan sehari-hari.

Lebih mudah dalam mengelola sampah di rumah dengan personal waste management (Foto: Waste4Change).
Tentunya ini tidak akan menjadi masalah besar, karena kamu dapat menggunakan jasa pengelolaan sampah, salah satunya personal waste management dari Waste4Change. Jasa ini memastikan sampahmu dikelola dengan penuh tanggung jawab. Kamu akan mendapatkan kantong sampah yang dapat didaur ulang, panduan dan tata cara pemilahan sampah, pengangkutan sampah setiap minggu oleh mitra, dan laporan timbulan sampah yang kamu hasilkan. Tertarik untuk mencoba?

Hal di atas hanyalah sedikit dari yang bisa kita lakukan untuk Waste Management Indonesia yang lebih baik. Akan tetapi, bila dilakukan oleh banyak orang akan berdampak besar. Terkadang hal kecil terasa sulit untuk dilakukan, tetapi akan terasa lebih mudah bila disertai semangat bersama-sama, termasuk semangat dalam mengelola sampah ini. Bagaimana, kamu bisa menjaga semangat dan terlibat sepenuhnya bertanggung jawab terhadap sampahmu? Aku sih, siap, karena sampahku, tanggung jawabku.


--

[Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis Blog Waste4Change Sebarkan Semangat Bijak Kelola Sampah 2021. Nama Penulis: Annesa Fista Savitri]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Train to Busan (2016) Review & Sinopsis (+Spoiler) : i see human, but not humanity.

Sore tadi, aku menonton film yang sebenarnya sudah cukup lama ingin ku tonton. Bukan genre favorit sesungguhnya, namun cukup menarik minatku. Kebetulan teman se kosku, Elva ingin menonton film ini, tapi dia takut sendirian. Baiklah, cukup basa-basinya. Selamat membaca :) for more pictures search on google ;) Train to Busan adalah film asal negeri ginseng, Korea Selatan yang berhasil mengagetkan industri perfilman internasional. Tidak hanya sukses di negara terdekat saja, Train to Busan menggemparkan ranah film barat yang memang sudah sering mengangkat cerita serupa : ZOMBIE. Sebagaimana yang sudah kusampaikan di awal, film yang menampilkan zombie tidak pernah masuk dalam daftar tontonan favoritku. Aku sangat jijik melihat zombie yang berdarah-darah, memakan manusia dengan rakus dan penampilannya yang membuatku ingin muntah. Tidak banyak film serupa yang pernah kutonton, Price Prejudice and Zombies, Warm Bodies dan satu film lagi yang dibintangi oleh Tom Cruise yang

Dikejar Monyet

Aku akan berkisah tentang pengalaman yang sangat luar biasa Yang kualami sendiri Hari ini, aku ada rapat di sekre BEM Universitas Riau. Persiapan acara nasional di bulan Maret nanti Dan kebetulan aku adalah CO Acara Seperti biasa, aku berjalan kaki dari kos Melewati jalanan kampus yang sepi Seharusnya aku sudah memposting sebuah tulisan yang kubuat hari Kamis lalu, tapi aku lupa Tentang monyet Namun tenang saja, ketika aku menulis kisah ini postingan itu sudah bisa kau baca Mungkin ini adalah teguran dari Allah Aku begitu sombong Kau boleh membacanya di sini Hari ini aku diberi sebuah pengalaman yang sangat luar biasa Entahlah bagaimana caranya menceritakan Tapi kau harus baca jika ingin tau Kembali lagi ke cerita hari ini Jika kau sudah membaca postinganku sebelumnya kau pasti sudah tau bahwa ada sebuah jalan yang harus dilewati jika ingin ke sekre, dan orang-orang yang lewat di jalanan tersebut sering melihat monyet, bahkan dikejar. Nah, sebagaimana yang kutul

Puisi Pendek Kala Hujan (6)

Sebagai gadis yang jatuh cinta kepada rintik Jelas tak ada alasan bagiku untuk berteduh di kala hujan Namun jika itu adalah dalam pelukmu Aku rela terus disana Meski harus tenggelam bersama luka Bersama hujan pagi dan dingin di kamar kos yang sepi Anne