Langsung ke konten utama

Meragukan lirik kesukaanku setelah sekian lama.

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, aku meragukan lirik kesukaanku: Percayalah hati, lebih dari ini, pernah kita lalui.

Ini adalah penggalan lirik dari lagu yang selalu menjadi penguatku, menjadi penyemangat, mengobati sendu sedanku.

Liriknya relevan, semuanya.

Tentang mimpi-mimpi yang dilambungkan untuk menjadi nyata, tentang rindu-rindu kepada keluarga yang harus dilupakan sementara, juga tentang diri sendiri yang menjadi satu-satunya harapan tersisa.

Katanya, percayalah hati, lebih dari ini, pernah kita lalui. Kupikir, bisa jadi benar, hari-hari berat terjadi, dan sudah dilewati. Tangis malam hari, kesulitan dalam hidup yang tiada henti, juga janji-janji yang menunggu untuk ditebusi. Semua adalah lara, yang tentu saja bisa dinikmati. 

Bertahun lagu ini menjadi mantra, bahwa aku bisa melalui semua, tak lagi perlu jauh melangkah, aku hanya perlu belajar, berdamai, untuk menikmati lara. Bertahun aku percaya, sedih hanya sementara, lara hanya sementara, duka hanya sementara, rindu hanya sementara.

Akan tetapi, malam ini aku meragukan lirik kesukaanku: Percayalah hati, lebih dari ini pernah kita lalui.

Apakah benar, lebih dari ini? Apakah benar yang lalu lebih berat? Benar, hal berat telah dilalui, tetapi kemudian hadir kembali yang lebih berat lagi. Aku tahu, semakin hari menjadi lebih kuat, untuk kemudian menghadapi keluh yang lebih hebat.

Apakah benar, lebih dari ini pernah kita lalui, hati? Atau ini hanya pemanis, hanya pemanis untuk lara yang tidak usai. Mungkin ini hanya pemanis untuk hati yang lelah dan hampir mati, bisa jadi benar begitu.

Apakah benar, lebih dari ini pernah kita lalui, hati? Rasanya aku begitu lelah, begitu payah. Sulit untukku menikmati lara, sulit untukku melupakan rindu, sulit untukku mengingat bahwa hanya ada aku sendiri.

Apakah benar ini sementara? Apakah benar sementara saja?


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuliah Kerja Nyata Universitas Riau 2018

Dua pekan berlalu. Sampai saat ini aku masih biasa-biasa saja. Untuk itu ada baiknya kuceritakan saja cerita dua bulan penuh makna, dua bulan drama dengan manusia-manusia luar biasa. Kuliah Kerja Nyata judulnya. Judul yang boleh jadi berubah di akhir cerita. Baiklah kumulai saja kisahnya. Logo ! ___ Tim ini terbentuk sejak Januari lalu. Sudah lama sekali. Berbeda dengan KKN Reguler yang pendaftarannya dimulai sejak semester genap 2017/2018, pengumuman pembentukan Tim KKN Tematik dijadwalkan selesai sebelum akhir semester ganjil. 6/10 (awalnya : Aku; Geliska; Nada; Fany; Fadhel; Budi) dari kami adalah alumni JSP ( baca di sini ). Sisanya merupakan tim rekrutan oleh Fadhel (Diyah & Zaki), Rizki (Nada), Adi (Geliska). Sebagai manusia yang tidak sulit bergaul dan berteman, buatku tak soal. Selanjutnya bisa kau tebak, kami bertemu lalu mencari desa kemudian merancang program kerja dan ya jadilah ia sebuah Tim KKN TEMATIK Desa Sungai Ara, Kec. Kempas, Kab. Indragiri Hil...

Dikejar Monyet

Aku akan berkisah tentang pengalaman yang sangat luar biasa Yang kualami sendiri Hari ini, aku ada rapat di sekre BEM Universitas Riau. Persiapan acara nasional di bulan Maret nanti Dan kebetulan aku adalah CO Acara Seperti biasa, aku berjalan kaki dari kos Melewati jalanan kampus yang sepi Seharusnya aku sudah memposting sebuah tulisan yang kubuat hari Kamis lalu, tapi aku lupa Tentang monyet Namun tenang saja, ketika aku menulis kisah ini postingan itu sudah bisa kau baca Mungkin ini adalah teguran dari Allah Aku begitu sombong Kau boleh membacanya di sini Hari ini aku diberi sebuah pengalaman yang sangat luar biasa Entahlah bagaimana caranya menceritakan Tapi kau harus baca jika ingin tau Kembali lagi ke cerita hari ini Jika kau sudah membaca postinganku sebelumnya kau pasti sudah tau bahwa ada sebuah jalan yang harus dilewati jika ingin ke sekre, dan orang-orang yang lewat di jalanan tersebut sering melihat monyet, bahkan dikejar. Nah, sebagaimana yang kutul...

Lebaran Monyet

Aku lupa saat itu kami membahas apa. Entah sesuatu yang kujanjikan, atau yang benar-benar ia harapkan Tapi satu yang jelas kuketik di whatsapp adalah "Tunggu saja sampai lebaran monyet" Kau pasti pernah mendengar kan ungkapan tersebut ? Banyak ungkapan sejenis seperti "Tunggu saja sampai bulan jadi dua" atau "Tunggu saja sampai Eminem ngeluarin album religi" atau  "Tunggu saja sampai Justin Bieber duet bareng Opick nyanyiin lagu dangdut" Ya sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa hal tersebut tidak akan terjadi. Kalaupun terjadi, hanya sedikit kemungkinannya atau bahkan akan menunggu sangat lama Menanggapi lebaran monyet tersebut bukan lah kesal atau protes darinya yang kudapat Melainkan sebuah foto yang membuatku tertawa terbahak-bahak Lebaran Monyet " Itu lagi lebaranan" Balasnya. Aduh ingin sekali kupeluk ia saat itu juga Menggemaskan sekali