Langsung ke konten utama

Sebuah Catatan untuk Duta Bahasa Riau 2020.

Assalamualaikum teman-teman, adik-adik Duta Bahasa Riau 2020.

Malam kemarin kita tengah riuh, berdebar, haru, suka-cita bersama. Akhirnya, setelah sekian hari mempersiapkan banyak hal, belajar, latihan, sampai juga kita pada malam puncak.

Teman-temanku semua...

Ada banyak yang ingin Anne sampaikan, semoga tidak membuat teman-teman lelah membaca sehingga hanya berfokus pada paragraf pembuka dan penutup saja. Ini akan panjang, mohon dibaca dengan sesungguh hati..

Bismillah...

Yang pertama, tentang harapan dan ekspektasi.

Dalam setiap kompetisi adalah suatu kewajaran bila ingin menjadi pemenang. Akan tetapi penting sekali bagi kita untuk menata hati dalam menaruh ekspektasi.
Boleh jadi ada yang mengekspektasikan dirinya untuk masuk 10 besar, 5 besar, favorit dan persahabatan atau menjadi Pemenang 1, 2, 3.

Namun ternyata tidak sesuai yang diimpikan. Jangankan dapat, mendekati pun tidak. Atau boleh jadi pula ada yang tidak menaruh ekspektasi apapun, ternyata berhasil meraih posisi yang tidak pernah berani dikhayalkan. Sering kita mendengar kecewa berbanding lurus dengan ekspektasi. Maka adalah wajar bila kita sedih hati dan merasa kecewa. Sungguh tidak mengapa, tetapi jangan terlalu lama ya..

Yang kedua, tentang pengorbanan dan perjuangan.

Dalam proses ini, mungkin ada yang menangis saking terasa begitu beratnya perjuangan. Sebagian dari kita mengorbankan banyak uang, sebagian lagi banyak waktu, sebagian lagi banyak tenaga dan pikiran, sebagian lagi boleh jadi mengorbankan uang, waktu, tenaga dan pikiran sekaligus. Boleh jadi terasa begitu sulit, sehingga kita merasa perjuangan dan pengorbanan orang lain belum apa-apa dibanding apa yang kita lakukan.

Bila pernah terbersit hal demikian, maka segeralah hapuskan. Sungguh kita tidak pernah tau perjuangan seseorang yang sebenarnya. Pun bila kita merasa mudah bagi kita, belum tentu bagi orang lain. Begitu pula sebaiknya. Untuk itu teman-teman, jangan pernah merasa jadi orang yang paling berjuang.

Yang ketiga, tentang kepandaian, kemahiran, kecakapan.

Boleh jadi kita adalah orang yang cerdas dan berwawasan. Boleh jadi kita memiliki banyak sekali ilmu, mahir dalam banyak hal. Akademis non akademis dihantam tiada lawan. Boleh jadi beberapa di antara kita begitu pandai dalam berbahasa, beberapa yang lain begitu pandai dalam sastra melayu, beberapa yang lain begitu pandai dalam berbicara di depan orang banyak.

Namun ingatlah, adalah penting bagi kita untuk membuka diri agar mau belajar dari siapapun. Adalah penting bagi kita untuk memiliki kerendahhatian sehingga siap menerima masukan, saran, serta kritikan. Kemudian penting pula bagi kita untuk tidak merasa paling hebat, paling pandai, paling cerdas. Boleh jadi itu hanya penilaian kita pribadi saja, boleh jadi itu karna kurang pergaulan kita. Sebagaimana kata orang bijak, semakin kita belajar sejatinya semakin kita merasa bodoh karena menyadari banyak hal yang tidak kita ketahui.

Yang keempat tentang menang dan kalah dalam kompetisi.

Ini boleh jadi kompetisi pertama bagi sebagian dari kita. Boleh jadi ini kompetisi entah kali keberapa yang lainnya. Boleh jadi ini kemenangan pertama bagi beberapa orang, bagi sebagian lain ini kekalahan pertama. Boleh jadi ada di antara kita yang begitu sering mengikuti kompetisi, namun tidak pernah menang. Boleh jadi ada yang rajin mengikuti kompetisi, selalu menang.

Sebagian dari kita boleh jadi merasa besar hati karena menjadi pemenang, sebagian lagi kecil hati karena merasa kalah. Boleh jadi ada yang merasa tak layak berdiri di panggung, boleh jadi yang lain bersyukur karena tak perlu berada di panggung.
Ungkapan "kalah menang itu biasa", memang benar. Tidak semua peserta bisa meraih posisi pertama kedua dan seterusnya. Akan tetapi kita memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi pemenang. Maka mari bersama kita renungkan, bagaimana kita memaknai kemenangan selama ini?  Boleh jadi salah pendefenisian, salah pula jadinya sikap yang kita ambil dalam menghadapi kemenangan dan kekalahan. Apakah kita pemenang? Entahlah, coba tanyakan lagi pada diri sendiri.

Yang kelima, tentang niat dan alasan.

Berbeda niat kita, berbeda pula alasan yang kita punya. Ada yang memang memiliki minat besar, ada yang ingin mewujudkan impian, ada yang ingin memberi pembuktian, ada yang ingin menambah gelar, ada yang ingin mencari relasi, ada yang mencari panggung, atau yang sekedar mencari pengalaman, teman baru dan wawasan.

Apapun itu, pastikan niat kita lurus, alasan kita sungguh. Sehingga mampu bersama kita bertahan, tidak mudah mengeluh. Niat dan alasan memegang peranan penting dalam apapun yang kita lakukan. Mari kita telaah kembali, sudahkah lurus niat kita?

Yang keenam, tentang berdamai dengan perasaan.

Adalah wajar bila kecewa. Adalah wajar bila kita bersedih. Namun jangan pernah mengutuk takdir. Jangan pernah pula menyalahkan orang lain. Sulit memang berdamai dengan segala kecamuk di dada. Namun begitulah proses pendewasaan. Begitulah proses belajar.

Tidak mengapa bila hari ini belum ingin bicara dengan siapapun. Tidak mengapa bila hari ini belum sanggup berlapang dada. Tidak mengapa bila hari ini masih terasa sesak, masih belum bisa menerima. Bila tidak hari ini, maka esok lusa kita akan mengerti bahwa ini adalah takdir terbaik untuk kita. Bahwa tidak ada yang sia-sia.

 
Tulisan ini adalah pengingat bagi Anne, bagi kiita semua. Tidak bermaksud menggurui, tidak berniat menyinggung. Sila ambil baiknya, abaikan yang buruk, beri kritik dan saran untuk yang kurang sesuai.


Terakhir, sebagai penutup tulisan ini izinkan Anne mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan adik-adik semua atas semua kenangan manis selama kita menjalani proses ini bersama. Banyak sekali yang Anne dapatkan, yang Anne pelajari. Ayo bersama-sama kita berkontribusi, berkarya dan tentunya saling mendukung untuk memberikan yang terbaik!
__
Ditulis pada 16 Agustus 2020, belum 24 jam selepas Malam Puncak Pemilihan Duta Bahasa Riau 2020.

Annesa Fista Savitri


Duta Bahasa Riau 2020

Komentar

  1. masyaAllah, Tabarakllah kk. luar biasa. sulit, tapi benar. ini adalah proses pendewasaan diri. terimakasih kak anneπŸ™πŸ™πŸ™πŸ™

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Train to Busan (2016) Review & Sinopsis (+Spoiler) : i see human, but not humanity.

Sore tadi, aku menonton film yang sebenarnya sudah cukup lama ingin ku tonton. Bukan genre favorit sesungguhnya, namun cukup menarik minatku. Kebetulan teman se kosku, Elva ingin menonton film ini, tapi dia takut sendirian. Baiklah, cukup basa-basinya. Selamat membaca :) for more pictures search on google ;) Train to Busan adalah film asal negeri ginseng, Korea Selatan yang berhasil mengagetkan industri perfilman internasional. Tidak hanya sukses di negara terdekat saja, Train to Busan menggemparkan ranah film barat yang memang sudah sering mengangkat cerita serupa : ZOMBIE. Sebagaimana yang sudah kusampaikan di awal, film yang menampilkan zombie tidak pernah masuk dalam daftar tontonan favoritku. Aku sangat jijik melihat zombie yang berdarah-darah, memakan manusia dengan rakus dan penampilannya yang membuatku ingin muntah. Tidak banyak film serupa yang pernah kutonton, Price Prejudice and Zombies, Warm Bodies dan satu film lagi yang dibintangi oleh Tom Cruise yang

Dikejar Monyet

Aku akan berkisah tentang pengalaman yang sangat luar biasa Yang kualami sendiri Hari ini, aku ada rapat di sekre BEM Universitas Riau. Persiapan acara nasional di bulan Maret nanti Dan kebetulan aku adalah CO Acara Seperti biasa, aku berjalan kaki dari kos Melewati jalanan kampus yang sepi Seharusnya aku sudah memposting sebuah tulisan yang kubuat hari Kamis lalu, tapi aku lupa Tentang monyet Namun tenang saja, ketika aku menulis kisah ini postingan itu sudah bisa kau baca Mungkin ini adalah teguran dari Allah Aku begitu sombong Kau boleh membacanya di sini Hari ini aku diberi sebuah pengalaman yang sangat luar biasa Entahlah bagaimana caranya menceritakan Tapi kau harus baca jika ingin tau Kembali lagi ke cerita hari ini Jika kau sudah membaca postinganku sebelumnya kau pasti sudah tau bahwa ada sebuah jalan yang harus dilewati jika ingin ke sekre, dan orang-orang yang lewat di jalanan tersebut sering melihat monyet, bahkan dikejar. Nah, sebagaimana yang kutul

Puisi Pendek Kala Hujan (6)

Sebagai gadis yang jatuh cinta kepada rintik Jelas tak ada alasan bagiku untuk berteduh di kala hujan Namun jika itu adalah dalam pelukmu Aku rela terus disana Meski harus tenggelam bersama luka Bersama hujan pagi dan dingin di kamar kos yang sepi Anne