Teringat aku pada hati-hati yang pernah kupatahkan (dengan atau tanpa sengaja). Jangan salah paham dulu, aku bukannya petualang cinta, akan tetapi aku sadar bahwa terkadang tanpa kita sadari, ada hati yang pernah kita patahkan, yang bisa jadi juga kita ketahui belakangan.
Timbul tanya dalam hatiku, bagaimanakah jadinya bila hati itu tidak pernah patah (olehku tentu saja), apakah kami bisa berteman baik dan bertegur sapa sewajarnya? Apakah aku bersalah pernah memberi harapan untuk kemudian kutinggalkan begitu saja?
Kutanya pada suamiku, pernahkah ia merasa bersalah atas hati yang tanpa sengaja ia patahkan?
Dengan enteng, ia menjawab, tidak. Kemudian dilanjutkannya,
"Pertanyaan kamu salah, aku ga bertanggung jawab atas perasaan orang lain."
Benar juga, kita tidak bertanggung jawab pada apa yang orang lain rasakan, sebagaimana orang lain juga tak perlu bertanggung jawab atas apa yang tengah kita rasakan.
Komentar
Posting Komentar