Untuk Geliska dan Adi yang sudah resmi menjadi suami istri.
Sejujurnya aku ingin memberi ucapan lewat media sosial, tetapi aku tahu betul satu unggahan tidak akan cukup dan beberapa unggahan sekaligus akan mengganggu bila tak runut.
Jadilah begini saja. Aku bisa bebas menulis apa yang kusuka.
Oke begini. Mari kita awali dengan kekecewaanku karena tidak mendapat foto eksklusif pernikahan kalian berdua. Padahal sudah terbayang beberapa foto indah terpampang nyata untuk diriku seorang. Aku mengerti kalian sibuk dan aku tidak menyalahkan siapapun, aku hanya kecewa saja dan ini wajar, bukan?
Akan tetapi ya sudahlah, cukup satu paragraf, akan kulanjutkan dengan betapa bahagianya aku melihat kalian berdua bersanding, tersenyum bahagia, dengan wajah sumringah yang membuatku ingin menangis saja.
Wahai Adi dan Geliska, aku sungguh berbahagia untuk pernikahan kalian. Ada banyak doa baik, ada banyak harapan yang ingin kusampaikan, tetapi nanti, nanti saja di akhir kata.
Sebelum itu aku harus jujur dan meminta maaf —kepada Adi tentu saja. Bahwa sedari awal aku tidak pernah mendoakan atau mengharapkan kalian berdua berjodoh. Aku mengenal kalian dengan baik, sebagaimana kalian berdua juga mengenalku sama baiknya. Aku menjadi saksi hari-hari kalian di kampus, organisasi, juga segala drama. Aku menjadi bagian dari tawa, canda, kebaikan, dan memahami kekurangan kalian masing-masing (sebagaimana juga kalian kepadaku).
Buatku, Geliska selalu menjadi perempuan spesial. Sejak pertama kali jumpa dengannya ketika masa orientasi kampus, aku tahu dia istimewa. Aku pun punya kesempatan untuk mengenalmu lebih jauh, Gels. Baikmu, kurangmu, kelemahan dan kelembutanmu. Aku juga belajar banyak dari Geliska, tentu saja.
Sementara itu, aku melihat Adi sebagai rekanan diskusi baik hati yang kadang keras kepala, meski begitu tetap sopan dan santun. Aku melihat Adi sebagai teman, sebagai sahabat, juga sebagai pemimpin organisasi tentu saja. Namun, dengan segala kesoktahuan dalam diriku, sejujurnya aku tidak melihat Adi sebagai seorang imam, apalagi imam Geliska.
Mungkin aku yang mengecilkan Adi, atau terlalu mengagungkan Geliska. Maka ketika aku (dan CISSSH) mendapat cerita sebuah proposal masuk dari Adi tak lama setelah Geliska lulus kuliah, aku tidak mendukung. He he he he. Boleh jadi waktu itu aku belum rela Geliska menikah, boleh jadi aku juga ingin Geliska punya kesempatan untuk melihat (atau menerima) yang lain. Ya, maklum. Keegoisan sebagai seorang kakak memang sering hadir.
Kemudian, di sela-sela persiapan pernikahanku, kudengar kabar Adi akan melamar. Aku sungguh ikut bahagia dan menerima. Mungkin memang begini jalannya.
Sungguh aku ikut bahagia dan tentu aku mengerti Geliska sudah menetapkan hati dan pilihan. Yang tentu saja sebelum itu sudah ada ikhtiar, solat malam, juga bincang dengan hati sendirian. Sungguh aku ikut bahagia.
Sampai akhirnya, beberapa saat setelah mendapat foto pertunangan, aku pun berpikir. Mulai menelaah, betapa Allah sungguh maha sempurna rencananya. Sungguh tahu yang terbaik akan umatnya.
Kuingat lagi tentang Adi, tentang Geliska. Maka aku menjadi yakin. Bahwa Adi dan Geliska begitu saling mengenal (setelah perjalanan panjang sebagai teman baik dan rekanan organisasi). Bahwa Adi melihat Geliska baik dan buruknya, sempurna dan ketidaksempurnaanya. Aku tahu ada masa-masa mereka saling menguatkan (sebagai teman, tentu). Aku tahu ada masa-masa mereka saling menjaga diri (dan mereka berhasil). Aku tahu ada masa-masa mereka bermusuhan (karena masalah sepele hingga besar). Dan aku tahu, ada masa-masa mereka menyadari bahwa mereka diciptakan untuk saling melengkapi.
Akupun akhirnya tersadar, bahwa begitulah jalan cinta mereka untuk menjadi jodoh satu sama lain. Akupun yakin, barangkali tak ada lelaki lain yang bisa mengerti sebagaimana Adi memahami Geliska (selain keluarga tentu).
Aku tahu banyak yang iri kepada Adi, banyak yang bilang betapa ia beruntung bisa mendapatkan hati Geliska. Akan tetapi, aku jamin, Geliska begitu beruntung bisa menjadi istri Adi, menjadi belahan hati dan jiwa raga seseorang yang memuja baik dan kurangnya.
Aku tahu, kalian akan menjadi pasangan hebat yang saling melengkapi satu sama lain, menjadi pasangan yang selalu ingin belajar dan menjadi pasangan terbaik untuk satu sama lain.
Kepada Geliska dan Adi yang telah sah menjadi pasangan yang insyaallah bersama hingga akhirat nanti.
Ada banyak doaku. Banyak sekali. Kuharap kalian berdua selalu dilimpahi rahmat dan karunia oleh Allah untuk senantiasa mencinta atasNya. Semoga kalian dikuatkan, diberikan keteguhan hati, juga ketenangan dalam menjalani bahtera rumah tangga nanti. Semoga kalian selalu diberi kesabaran, diberi kemauan untuk saling memaafkan. Selamat merayakan cinta, selamat bersuka cita.
Aku sungguh bahagia, sungguh berharap kita (dan anak-anak kita nanti) bisa bertatap muka dan mengenang masa muda. Aku minta maaf tak bisa hadir, tetapi percayalah doaku sudah dilangitkan, semoga Allah kabulkan ...
Dari Anne, alias perempuan yang mengenal kalian sedari semester satu dan berkesempatan mengenal, berdebat, dan memberi ocehan bawel cerewet juga bersikap menyebalkan kepada kalian.
What a warm letter!
BalasHapus