Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2023

Sebelum menikah.

 Seingatku dulu sebelum menikah tidak sesering ini aku menangis Atau bersedih Atau merasa sendiri Atau sepi Atau tidak diperhatikan Seingatku dulu sebelum menikah aku jauh lebih bahagia Lebih mudah tertawa Lebih ringan hati terasa Segitunya ujian pernikahan Masa iya sesedih ini? Ingin lari, tapi aku bukan anak kecil lagi Aku cape. 

Takut

 Dan kemudian aku kembali duduk di sini, sendiri dan asing. Tiada sesiapapun yang aku kenali, tidak perlu basa-basi. Aku akan kembali ke rumah, kepada suamiku. Entah senang atau sedih. Belum pernah selama ini aku dan dia berjauhan. Asing sekali. Inginku menangis begitu keras. Inginku lari. Inginku tak kembali.

26 tahun.

 Sebelum berakhir hari ini, sebelum aku mulai lupa. Aku akan bercerita. Hari ini aku ulang tahun ke dua puluh enam. Lewat sudah seperempat abad. Aku masih takut akan kematian, takut akan masa depan, takut apakah aku akan masuk surga atau neraka. Aduh. Tadi malam suamiku membawakan sepotong kue red velvet, katanya pra ulang tahun. Aku makan bersama suamiku, sepotong demi sepotong. Kami menghabiskan malam dengan menonton Kuch Kuch Hota Hai, entah ilham dari mana suamiku mendadak ingin menonton kisah Rahul dan Anjeli. Sayangnya kami tertidur sebelum film habis, aku tertidur duluan, mengantuk sekali. Pukul tiga dini hari aku terbangun, ingin ke kamar mandi. Suamiku pun juga terbangun. Ketika akan kembali tidur suamiku mengecup keningku dan mengucapkan selamat ulang tahun. Kamipun tidur sambil berpelukan. Paginya aku bangun kesiangan, suamiku mendadak ingin dibelikan bumbu nasi goreng di warung. Padahal aku sudah berencana memasak bihun goreng kesukaanku untuk sarapan. Jadilah aku ke warung

Sabarlah.

 Kuharap sabarmu cukup. Untuk menunggu aku menjadi versi yang jauh lebih baik. Karena bagaimanapun, engkaulah yang paling layak menerima versi terbaikku. Kuharap sabarmu cukup. Untuk tidak banyak menuntut dan memperumit prosesku. Sehingga dengan lapang hati dan suka ria aku menjalani sesuatu yang begitu berat tanpa dukunganmu. Kuharap sabarmu cukup. Kumohon, sabarlah. 3 Juli 2023, A.  22.07

Soal berharap.

Ketika kubilang aku kehilangan diriku, sesungguhnya yang paling aku rindukan adalah kemampuanku untuk tidak menaruh harapan kepada manusia mana pun. Bertahun-tahun aku terbiasa tidak menggantungkan kebahagiaan, harapan, keinginan, dan ekspektasi kepada manusia, bertahun-tahun aku berpegang teguh. Kemudian, melalui satu ijab kabul, status baru, aku menyerah, aku kalah. Maka, adalah buah dari harapan itu kesedihan, kesepian, rasa tidak diinginkan, diabaikan, tidak diperdulikan yang akhirnya sekarang aku rasakan. Aku rindu pada diriku yang dulu. Rindu kepada aku yang tak memberi ruang sedikit pun untuk orang lain membuatku bersedih hati dan bermuram diri. 2 Juli 2023, A.

Berantakan.

 Aku memang menyebalkan, tidak beraturan. Buku-buku yang berserakan, rambut yang berjatuhan. Semua hal yang berantakan. Aku memang sulit untuk ditenangkan, lebih mudah bagiku mengabaikan. Aku tidak mudah kalah, sulit untuk dimenangkan akan tetapi, bukankah ini lain persoalan? Tidak penting siapa yang benar atau yang punya pemahaman Tidak penting  Sungguh tidak penting. Apakah sempat terpikir olehmu, bila aku benar-benar pergi? Jauh dari jangkauanmu, jauh dari hari-harimu. Apakah nanti kamu akan merasa rindu dan kehilangan hadirku?

Menuju 26 tahun.

 Sebentar lagi aku ulang tahun. Lewat sudah seperempat abad aku hidup.  Aku takut. Akhir-akhir ini aku takut mati. Sebelum tidur, ketika lampu sudah dimatikan, aku takut sekali keesokan pagi tidak terbangun lagi. Sudah lama aku tidak membayangkan hantu atau monster ketika pertama kali menutup mata, ternyata rasa takut pada kematian lebih menyeramkan dari tampilan iblis manapun yang kerap membuatku kesulitan tidur. Sayangnya, rasa takut mati ini tidak sebanding dengan usahaku untuk mempersiapkan kematianku, entah nanti akan seperti apa, entah nanti aku masuk surga atau neraka, entah aku akan disiksa malaikat berkali-kali sebelum dibangunkan kembali untuk ditimbang amal dan perbuatanku di dunia. Aku sudah lama tidak mimpi buruk. Mimpi-mimpi aneh dan menyebalkan juga hanya datang satu-satu. Seringnya aku mimpi indah, yang ketika terbangun menyisakan hampa, berkali aku menangis dan ingin mengulang tidur lagi. Memang sedari dulu aku sudah tahu, aku lebih suka mimpi buruk aneh dan menyebalka

Aku lelah menjadi Kakak.

Aku ingin juga selalu dilindungi, selalu diperhatikan, selaku diutamakan. Aku ingin juga disayang sepenuh hati. Aku lelah menjadi Kakak yang harus selalu mengalah, yang harus meredam ego, yang harus selalu mengorbankan kepentingan pribadi. Aku ingin menjadi egois, memberikan tempat pada diriku untuk selalu menang, untuk memenuhi semua ego-ego yang selama ini harus aku kesampingkan. Aku lelah menjadi Kakak, aku ingin disayang dan dilindungi, aku ingin dipeluk setiap hari. Aku lelah menjadi Kakak, yang harus selalu bertahan untuk kuat, yang selalu harus memendam dan menyimpan semua hal sendiri dalam diam. Aku ingin disayangi lebih dari ini, aku ingin dipuji, aku ingin dikasihi lebih dari ini. Aku ingin menjadi lemah, aku ingin bersikap sesuka hati, aku ingin tidak harus selalu bertanggung jawab atas apapun yang aku lakukan dan aku pilih. Aku lelah menjadi Kakak, aku lelah menyimpan air mata untuk kemudian menangis sendirian. Aku lelah menjadi kuat, aku lelah tidak diperhatikan. Aku lelah

Versi terbaik

Katamu, aku tak berikan versi terbaikku untukmu. Benar juga. Jangankan kepadamu, kepada diriku saja ternyata yang kuberikan bukan versi terbaikku. Mungkin benar, aku terjebak dalam dunia nyaman, terlalu merasa cukup dengan apa yang kumiliki hingga kukira tak ada yang perlu kuubah atau kuperjuangkan.