Langsung ke konten utama

Menuju 26 tahun.

 Sebentar lagi aku ulang tahun. Lewat sudah seperempat abad aku hidup. 

Aku takut.

Akhir-akhir ini aku takut mati. Sebelum tidur, ketika lampu sudah dimatikan, aku takut sekali keesokan pagi tidak terbangun lagi. Sudah lama aku tidak membayangkan hantu atau monster ketika pertama kali menutup mata, ternyata rasa takut pada kematian lebih menyeramkan dari tampilan iblis manapun yang kerap membuatku kesulitan tidur. Sayangnya, rasa takut mati ini tidak sebanding dengan usahaku untuk mempersiapkan kematianku, entah nanti akan seperti apa, entah nanti aku masuk surga atau neraka, entah aku akan disiksa malaikat berkali-kali sebelum dibangunkan kembali untuk ditimbang amal dan perbuatanku di dunia.

Aku sudah lama tidak mimpi buruk. Mimpi-mimpi aneh dan menyebalkan juga hanya datang satu-satu. Seringnya aku mimpi indah, yang ketika terbangun menyisakan hampa, berkali aku menangis dan ingin mengulang tidur lagi. Memang sedari dulu aku sudah tahu, aku lebih suka mimpi buruk aneh dan menyebalkan dibanding mimpi indah, ada kelegaan ketika terbangun dan menyadari ingatan itu hanya mimpi buruk yang mnenunggu untuk kulupakan. Aku masih sama, tidak pernah menyepelekan mimpi manapun yang hadir dalam tidurku. Untuk mimpi indah, yang kebetulan tadi malam mimpiku sangat indah, aku tak mengerti, apakah begitu menyedihkannya hidupku, sehingga alam bawah sadarku merasa perlu menghiburku. Atau mimpi indah yang kerap mampir ini adalah pertanda semesta kepadaku, apa yang sesungguhnya ingin aku rasakan dan aku miliki?

Aku jauh lebih dewasa, seingatku. Aku belajar banyak soal menahan ego. Kupikir terbiasa mengalah sedari kecil membuatku lebih mudah menerima takdir, meski satu sisi aku merasa begitu sedih dan lelah setengah mati.

Beberapa waktu, aku sempat kehilangan diriku. Entah ke mana aku yang mandiri, independen, tahu apa yang kuinginkan dan kukejar, punya pendapat dan bisa berdiri sendiri. Beberapa waktu, aku sempat tidak mengenali diriku lagi, hidup hanya untuk menghabiskan satu hari ke hari berikutnya. Aku tak yakin apakah kini aku sudah kembali, apakah aku memang berubah, apakah aku memang tak lagi bisa seperti dulu lagi?

Aku rindu pada masa-masa ketika aku hanya perlu memikirkan diriku sendiri. Aku rindu pada waktu-waktu yang kuhabiskan hanya untuk diriku sendiri. Aku rindu pada tidur berhari-hari, tidak keluar rumah dan bertemu orang berhari-hari.

Aku sedang mendengarkan Red, Taylor Swift. Lagu masa remaja yang entah aku tuju pada siapa. Tanggal 7 nanti, sepekan sebelum hari ulang tahunku, aku akan berjuang mati-matian untuk mendapatkan tiket konsernya di Singapur nanti, akan jadi hadiah ulang tahun untuk diri sendiri. Semoga aku dapat.

Sebentar lagi aku 26 tahun, bertambah jauh dari usia remaja. Aku tak yakin apakah waktu main-mainku sudah habis? Apakah jatah gagalku sudah habis? Apakah ini saatnya aku untuk melesat tinggi menggapai apa yang aku cita-citakan?

Aku tidak percaya diri untuk mengatakan bahwa karirku dalam keadaan baik. Aku bekerja, menyukai pekerjaanku juga. Akan tetapi sebagian dari diriku masih ingin menjadi penulis novel terkenal, sebagian lagi ingin menjadi CEO startup lingkungan, sebagian lagi ingin menjadi ibu rumah tangga yang telaten mengurus suami dan anak-anak pada periode emas.

Entah akan menjadi apa diriku nanti, entah akan seperti apa aku nanti.

Apakah aku bahagia? Apakah aku kurang bersyukur? Apakah aku berlebihan? Apakah aku memang tidak perlu bersedih hati? Apakah aku hanya perlu menerima?

Aku tahu berandai-andai tidak baik. Akan tetapi, terkadang muncul pertanyaan dalam benakku, bagaimana bila keputusan-keputusan penting, keputusan yang membawaku kepada hari ini, tidak aku putuskan? Bagaimana bila keadaan berbeda? Bagaimana bila di antara sekian banyak pilihan, aku memilih yang lain, yang membawaku kepada situasi berbeda? 

Tidak ada penyesalan, jatah sesalku sudah aku habiskan semuanya. Namun, sesekali timbul pertanyaan yang membuatku ragu dan bertanya-tanya atas pilihan yang kuambil dengan sadar, yang saat ini aku jalankan dengan bertanggung jawab, sebagaimana yang biasa aku lakukan.

Aku ulang tahun sebentar lagi. Aku ingin menangis. Aku ingin menangis. Aku ingin menangis.


1 Juli 2023, A.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuliah Kerja Nyata Universitas Riau 2018

Dua pekan berlalu. Sampai saat ini aku masih biasa-biasa saja. Untuk itu ada baiknya kuceritakan saja cerita dua bulan penuh makna, dua bulan drama dengan manusia-manusia luar biasa. Kuliah Kerja Nyata judulnya. Judul yang boleh jadi berubah di akhir cerita. Baiklah kumulai saja kisahnya. Logo ! ___ Tim ini terbentuk sejak Januari lalu. Sudah lama sekali. Berbeda dengan KKN Reguler yang pendaftarannya dimulai sejak semester genap 2017/2018, pengumuman pembentukan Tim KKN Tematik dijadwalkan selesai sebelum akhir semester ganjil. 6/10 (awalnya : Aku; Geliska; Nada; Fany; Fadhel; Budi) dari kami adalah alumni JSP ( baca di sini ). Sisanya merupakan tim rekrutan oleh Fadhel (Diyah & Zaki), Rizki (Nada), Adi (Geliska). Sebagai manusia yang tidak sulit bergaul dan berteman, buatku tak soal. Selanjutnya bisa kau tebak, kami bertemu lalu mencari desa kemudian merancang program kerja dan ya jadilah ia sebuah Tim KKN TEMATIK Desa Sungai Ara, Kec. Kempas, Kab. Indragiri Hil...

Dikejar Monyet

Aku akan berkisah tentang pengalaman yang sangat luar biasa Yang kualami sendiri Hari ini, aku ada rapat di sekre BEM Universitas Riau. Persiapan acara nasional di bulan Maret nanti Dan kebetulan aku adalah CO Acara Seperti biasa, aku berjalan kaki dari kos Melewati jalanan kampus yang sepi Seharusnya aku sudah memposting sebuah tulisan yang kubuat hari Kamis lalu, tapi aku lupa Tentang monyet Namun tenang saja, ketika aku menulis kisah ini postingan itu sudah bisa kau baca Mungkin ini adalah teguran dari Allah Aku begitu sombong Kau boleh membacanya di sini Hari ini aku diberi sebuah pengalaman yang sangat luar biasa Entahlah bagaimana caranya menceritakan Tapi kau harus baca jika ingin tau Kembali lagi ke cerita hari ini Jika kau sudah membaca postinganku sebelumnya kau pasti sudah tau bahwa ada sebuah jalan yang harus dilewati jika ingin ke sekre, dan orang-orang yang lewat di jalanan tersebut sering melihat monyet, bahkan dikejar. Nah, sebagaimana yang kutul...

Lebaran Monyet

Aku lupa saat itu kami membahas apa. Entah sesuatu yang kujanjikan, atau yang benar-benar ia harapkan Tapi satu yang jelas kuketik di whatsapp adalah "Tunggu saja sampai lebaran monyet" Kau pasti pernah mendengar kan ungkapan tersebut ? Banyak ungkapan sejenis seperti "Tunggu saja sampai bulan jadi dua" atau "Tunggu saja sampai Eminem ngeluarin album religi" atau  "Tunggu saja sampai Justin Bieber duet bareng Opick nyanyiin lagu dangdut" Ya sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa hal tersebut tidak akan terjadi. Kalaupun terjadi, hanya sedikit kemungkinannya atau bahkan akan menunggu sangat lama Menanggapi lebaran monyet tersebut bukan lah kesal atau protes darinya yang kudapat Melainkan sebuah foto yang membuatku tertawa terbahak-bahak Lebaran Monyet " Itu lagi lebaranan" Balasnya. Aduh ingin sekali kupeluk ia saat itu juga Menggemaskan sekali