Langsung ke konten utama

tidak bisa lari.

Teringat aku waktu kecil dulu, rasanya aku belum sekolah. Aku menginap di rumah nenekku. Aku memang cucu kesayangan dari kecil, cucu pertama, perempuan, dan menggemaskan pula. Jadi sewajarnya saja aku dekat dengan nenekku. Seingatku malam itu aku sudah bertekad akan tidur di rumah nenek, usiaku empat tahun sepertinya, tidak harus selalu tidur dengan Mama.

Seharusnya malam berlalu indah, aku tidak kesulitan tidur. Kemudian, aku mimpi buruk dan menangis sejadi-jadinya. Parahnya, aku berlari sekuat tenaga menuju Mamaku, yang waktu itu kami tinggal di rumah Uwo (Ibu Mama). Jaraknya memang tak jauh, rasaku tak sampai satu kilo, atau mungkin lebih ya? Nanti kuperiksa lagi. Akan tetapi, anak kecil lari bertelanjang kaki menangis sambil memanggil mamaku. Dramanya lagi, nenek ternyata mengajarku dari belakang, "Ane... Anee..." katanya. Ternyata juga Atuak mengejar dengan sepeda. Wah malam itu sepertinya keos sekali.

Aku ingat setibanya di rumah Uwo Mama menenangkanku, aku teringat nenek yang tersengal, dan atuak yang menenangkan. Rusuh. Aku ingat malam itu, meski tak sepenuhnya, tapi bagian pentingnya terekam jelas. Entah Mamaku, entah Nenekku.

Aku ingat aku begitu disayang semua orang. Aku ingat betapa semua orang memberiku kasih sayang, tidak pernah kekurangan.

Mungkin nanti bila bertemu nenek kembali, aku ingin bertanya apakah nenek ingat, dan aku ingin meminta maaf, betapa dulu aku adalah anak manja yang merepotkan.

Malam ini, terbawa aku pada kenangan itu, menyadarkanku bahwa aku sudah dewasa, tidak ada tempat untukku lari dari masalah. Entah betapa menyesakkan, entah betapa ingin aku berlari, berteriak, bebas, sepanjang jalan (harusnya sekarang lebih mudah karena tidak ada yang akan mengenalku).

Tetapi aku takut, apakah aku akan dikejar seperti Nenek dan Atuak mengejarku? Apakah ada tempatku untuk pulang, seperti Mama yang hadirkan tenang untukku?

Ingin aku mengasihani diriku sendiri yang rasanya tak dapat kasih sayang dari orang terdekatku. Ingin aku mengasihani diriku sendiri, yang entah mengapa begitu lemah, begitu merasa tak cukup akan cintaku. Ingin aku mengasihani diriku, atas rasa sedih dan diabaikan. Ingin aku mengasihani diriku, atas tiada tempat untuk pulang, entah seberapa jauh lariku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kuliah Kerja Nyata Universitas Riau 2018

Dua pekan berlalu. Sampai saat ini aku masih biasa-biasa saja. Untuk itu ada baiknya kuceritakan saja cerita dua bulan penuh makna, dua bulan drama dengan manusia-manusia luar biasa. Kuliah Kerja Nyata judulnya. Judul yang boleh jadi berubah di akhir cerita. Baiklah kumulai saja kisahnya. Logo ! ___ Tim ini terbentuk sejak Januari lalu. Sudah lama sekali. Berbeda dengan KKN Reguler yang pendaftarannya dimulai sejak semester genap 2017/2018, pengumuman pembentukan Tim KKN Tematik dijadwalkan selesai sebelum akhir semester ganjil. 6/10 (awalnya : Aku; Geliska; Nada; Fany; Fadhel; Budi) dari kami adalah alumni JSP ( baca di sini ). Sisanya merupakan tim rekrutan oleh Fadhel (Diyah & Zaki), Rizki (Nada), Adi (Geliska). Sebagai manusia yang tidak sulit bergaul dan berteman, buatku tak soal. Selanjutnya bisa kau tebak, kami bertemu lalu mencari desa kemudian merancang program kerja dan ya jadilah ia sebuah Tim KKN TEMATIK Desa Sungai Ara, Kec. Kempas, Kab. Indragiri Hil...

Dikejar Monyet

Aku akan berkisah tentang pengalaman yang sangat luar biasa Yang kualami sendiri Hari ini, aku ada rapat di sekre BEM Universitas Riau. Persiapan acara nasional di bulan Maret nanti Dan kebetulan aku adalah CO Acara Seperti biasa, aku berjalan kaki dari kos Melewati jalanan kampus yang sepi Seharusnya aku sudah memposting sebuah tulisan yang kubuat hari Kamis lalu, tapi aku lupa Tentang monyet Namun tenang saja, ketika aku menulis kisah ini postingan itu sudah bisa kau baca Mungkin ini adalah teguran dari Allah Aku begitu sombong Kau boleh membacanya di sini Hari ini aku diberi sebuah pengalaman yang sangat luar biasa Entahlah bagaimana caranya menceritakan Tapi kau harus baca jika ingin tau Kembali lagi ke cerita hari ini Jika kau sudah membaca postinganku sebelumnya kau pasti sudah tau bahwa ada sebuah jalan yang harus dilewati jika ingin ke sekre, dan orang-orang yang lewat di jalanan tersebut sering melihat monyet, bahkan dikejar. Nah, sebagaimana yang kutul...

Lebaran Monyet

Aku lupa saat itu kami membahas apa. Entah sesuatu yang kujanjikan, atau yang benar-benar ia harapkan Tapi satu yang jelas kuketik di whatsapp adalah "Tunggu saja sampai lebaran monyet" Kau pasti pernah mendengar kan ungkapan tersebut ? Banyak ungkapan sejenis seperti "Tunggu saja sampai bulan jadi dua" atau "Tunggu saja sampai Eminem ngeluarin album religi" atau  "Tunggu saja sampai Justin Bieber duet bareng Opick nyanyiin lagu dangdut" Ya sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa hal tersebut tidak akan terjadi. Kalaupun terjadi, hanya sedikit kemungkinannya atau bahkan akan menunggu sangat lama Menanggapi lebaran monyet tersebut bukan lah kesal atau protes darinya yang kudapat Melainkan sebuah foto yang membuatku tertawa terbahak-bahak Lebaran Monyet " Itu lagi lebaranan" Balasnya. Aduh ingin sekali kupeluk ia saat itu juga Menggemaskan sekali