Langsung ke konten utama

Ajang Kreatifitas Remaja dan Pemilihan Duta GenRe Riau 2017 : Your RunnerUp Duta GenRe 2017

Alhamdulillah
Terpilih sebagai Runner Up Duta GenRe adalah sebuah prestasi yang tidak pernah aku bayangkan. Namun bagaimanapun syukur kepada Allah tak henti aku ucapkan..

___


Awal bulan Juli lalu aku berangkat ke Kota Pekanbaru. Di saat yang lain masih larut dalam suasana lebaran, aku sedang bergegas melakukan persiapan demi mengharumkan nama kota yang kini begitu aku cintai. Pekanbaru. Saat ini tidak lagi atas nama diri sendiri, bukan lagi atas nama kampus. Saat ini adalah kesempatan bagiku untuk memberi yang terbaik bagi kota yang belum genap dua tahun aku tinggali ini.

___


Seperti yang sudah kusampaikan pada postingan sebelumnya pada akhir Mei lalu aku terpilih menjadi Duta GenRe Putri Pekanbaru Jalur Pendidikan. Seperti kebanyakan ajang pemilihan yang bertingkat, setelah Kota/Kabupaten maka dilanjutkan dengan Provinsi, dan pemenangnya nanti akan dibawa melaju ke tingkat nasional. Riau pun melakukan hal serupa, finalis Duta GenRe tahun ini adalah pemenang atau utusan dari masing-masing kabupaten dan kota. Satu pasang duta jalur pendidikan dan satu pasang duta jalur masyarakat.

Baiklah, akan kuceritakan kisah ini padamu.


Persiapan

Setelah terpilih menjadi Duta GenRe Pekanbaru, harus kuakui bahwa aku tidak berinisiatif untuk memulai belajar dan mendalami substansi GenRe. Bukan aku sengaja, namun memang saat itu deadline tugas dan laporan menumpuk. Maklum, aku mahasiswa perikanan jadi laporan tulis tangan serta berbagai hal perihal praktikum sudah merupakan hal yang wajar jika kami selalu dikejar oleh deadline. Pun itu menjelang UAS, jadi memang banyak yang harus kukejar disebab persiapan untuk AKR Kota Pekanbaru (silahkan klik tautan ini untuk cerita lengkapnya).

Kemudian karena AKR Provinsi dilaksanakan pada awal Juli, Ibu Evi dari Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (selanjutnya akan kusebut disdalduk ya!) Pekanbaru mengumpulkan kami pada awal menuju pertengahan Juni untuk mulai menyusun Tim AKR Kota Pekanbaru yang lebih dikenal dengan PASUKAN (hayoo siapa yang refleks nyanyi wkwk). Setelah terbentuk tim yang akan melaju ke provinsi, latihan dimulai esok harinya.

Kami para duta dilatih dan dibimbing oleh bang Dika (Anak GenRe pasti kenal hehe). Latihan ini dilakukan setiap hari. Latihan di sela-sela jadwal UAS. Mendalami subtansi GenRe di sela-sela menghapal Biologi Laut dan matakuliah perikanan lainnya. Hal yang tidak ada hubungannya. Tapi tak mengapa, aku sangat nyaman hidup di dunia remaja yang saat ini aku sudah mulai memasuki fase remaja akhir (huhu sedih)

Kami latihan soal,  public speaking, serta bagaimana pembawaan seorang duta. Masa latihan tidak begitu sulit. Suasana cukup bersahabat dan kondusif (lha iya wong latihan di ruang rapat kantor wkwk). Namun ada satu hal yang hampir menuju kendala. Kami sebelumnya tidak tahu bahwa peserta Duta disuruh untuk menyiapkan poster yang berisi inovasi program dan kegiatan yang sudah pernah dilakukan. Dua hari menjelang perlombaan dimulai. Jelas kalang kabut, aku tidak berpengalaman dalam desain grafis. Untungnya seorang teman yang sudah kukenal sejak awal maba dan mulai akrab sejak bergabung di BEM UR mau membantu. Lukman namanya, di sela-sela Monitoring dan Evaluasi (MONEV) PKM ia rela pagi-pagi mendesainkan posterku. Terimakasih Lukman !

Dilihat dari persiapan aku bisa mengatakan bahwa persiapan ini cukup matang. Aku optimis dengan persiapan dan usaha yang telah kami lakukan. Saatnya bertempur !


Pemilihan Duta GenRe Riau

Acara ini dibagi menjadi dua, yaitu Ajang Kreatifitas Remaja yang terdiri dari beberapa cabang lomba yaitu Mars Genre, Yel-yel, Pensi, LCC, dan Ranking 1 dan yang kedua adalah Pemilihan Duta GenRe Riau. Aku hanya mengikuti Pemilihan Duta kali ini, tidak seperti saat AKR Kota yang mengikuti hampir semuanya. Ini lebih baik sehingga aku bisa lebih fokus pada perlombaan. Jadi jangan salahkan aku jika cerita AKR Provinsi ini tidak akan selengkap cerita AKR Kota ya !

___


Ada beberapa rangkaian yang harus dilewati oleh finalis dari kabupaten/kota agar bisa masuk ke babak grand final dan mendapatkan selempang berwarna putih. Diawali dengan tes tertulis, kemudian penyuluhan, lalu wawancara dan presentasi poster. Kemudian baru ditentukan siapa saja yang akan melenggang di atas panggung pada penganugerahan. Mari kuceritakan


Tes Tertulis

Tes tertulis diadakan pada hari kedua, 7 Juli 2017 pukul 13.00 WIB. Aku sangat bersemangat, tes tertulis adalah uji sejauh mana aku mengetahui subtansi GenRe serta KKB (Kependudukan dan Keluarga Berencana). Aku cukup yakin dengan pengetahuanku. Pada malam setelah pembukaan akupun di kamar bersama Kak Vika, Winda serta Nada latihan soal. Jadi aku optimis akan mengerjakan soal dengan baik.

Ekspresi serius saat tes tertulis
(Gambar diambil dari instagram GenRe Riau)

Ketika memasuki ruang tes tertulis, aku mulai merasa suasana tegang di sana. Tidak lama setelah aku masuk, tespun dimulai. 75 soal dalam 30 menit. Aku langsung bergegas mengkalkulasikan waktuku untuk satu soal. Untungnya aku lumayan pandai mengatur waktu saat ujian karena sudah terbiasa ketika menjadi anak olimpiade (ceile) dan aku memang cukup lihai dalam mengerjakan soal pilihan ganda. Tapi tetap saja, selagi tes tertulis aku tak bisa bernafas dengan lega. Aku tidak ingin ada satupun kesalahan. Kubaca sampai habis, kutandai yang belum terjawab, ulang baca lagi. Begitulah sampai waktu habis. 
Aku sangat yakin dengan tes tertulis ini. Aku yakin nilaiku mendekati sempurna. 


Penyuluhan Substansi GenRe dan KKB

Tes penyuluhan diadakan setelah lomba Ranking 1 di aula besar (berbeda ruangan dengan tes tertulis dan wawancara). Kurang lebih berjarak sekitar 1 jam kurang. Kabar buruknya adalah persiapanku untuk penyuluhan belum rampung. Ada beberapa substansi yang harus disampaikan yaitu life skill education, PUP, HIV/AIDS, 8 Fungsi Keluarga, NAPZA, Kependudukan dan Keluarga Berencana. Materi ini akan diundi ketika nama kita dipanggil ke depan. Jadi kita harus mempersiapkan semuanya sebaik mungkin. Sementara milikku ? Masih 60%. Tapi untungnya aku bisa bergegas. Ketika memasuki ruangan aku sudah hampir merampungkan semuanya, namun tetap saja ketika tes berlangsung aku masih sibuk menggunting ini dan itu.

Satu persatu nama dipanggil, aku terus berdoa agar namaku terakhiran saja, atau ketika aku sudah selesai menyiapkan semuanya. Percayakah kau ? Doaku terkabul. Sesaat setelah aku menyelesaikan alat peraga untuk materi KKB (Kependudukan dan Keluarga Berencana), nomor urut 01 dipanggil ke depan, aku mendadak kaget dan seperti biasa ketika namaku dipanggil untuk maju ke depan adrenalinku meningkat, jadilah dengan PD aku melangkah ke depan. Diiringi tepuk tangan dari teman-teman PIK se Riau. Akupun mengambil satu buah gulungan di dalam gelas kaca, dan tahukah kau materi apa yang harus kusampaikan ? Ya, aku mendapat Kependudukan dan Keluarga Berencana, materi yang kusiapkan beberapa detik sebelum aku maju ke depan.
Aku hampir ingin tertawa saat itu, namun hanya senyum penuh syukur yang kutampilkan. Kemudian aku menyampaikan materi tersebut dengan semaksimal mungkin. Aku tau aku sudah memberikan yang terbaik.

Penyuluhanku tepat waktu. 5 menit pas. Kuakhiri dengan salam, dan disambut dengan tepuk tangan. Aku sungguh bersyukur kepada Allah SWT yang entah, jika tanpa pertolongannya pasti tidak akan semudah ini rasanya. 


Wawancara dan Presentasi Poster

Malamnya langsung dilanjutkan dengan wawancara dan presentasi poster. Kami satu persatu diberi kesempatan untuk mempresentasikan poster dan kemudian dilanjutkan dengan wawancara oleh dewan juri. Satu orang dipanggil, dan sisanya menunggu. Untungnya saat itu ada Bang Nanda, Ketua Forum GenRe Riau yang mampu mencairkan suasana, jadilah kami berdiskusi sambil membunuh waktu dan rasa tegang.

Aku termasuk orang terakhir yang masuk ke ruang juri. Aku mempresentasikan posterku dengan seefektif dan seefisien mungkin. Suasana di dalam ruangan jauh lebih bersahabat. Aku tersenyum meninggalkan ruangan. Aku menyerahkan keadilan pada Allah saat ini. Bagaimana hasilnya, itulah yang layak kuterima.

___

Setelah tes wawancara kami diminta untuk kembali ke aula besar. Saatnya pengumuman grand finalis. Aku degdegan, namun aku yakin aku lolos. Kepedean ? Bukan. Ini pertanda bahwa aku mampu mengukur diri. Satu persatu nama disebut, satu persatu mulai naik ke atas pentas diiringi yel-yel dan teriakan per kabupaten. Akhirnya namaku disebut, aku naik pentas diiringi yel-yel dari pasukan. One step closer. Akhirnya malam ini bisa tidur lebih nyenyak.


Duta GenRe Pendidikan dan Masyarakat Pekanbaru lolos babak final ! YEAYY



Penganugerahan Duta GenRe Riau 2017


Hari ini, 7 Juli adalah hari dimana akan menjadi hari bersejarah bagiku. Penantian satu tahun akan terjawab di sini. Kegagalan tahun lalu akan berbuah di sini. Aku sudah berjalan sejauh ini. Aku telah menghapus airmata. Aku sudah melakukan dan memberi yang terbaik. Aku yakin hasilnya pasti yang terbaik.

___


Kira-kira pukul 14.30 wib, Gubernur Riau, Bapak Ir. H. Arsyadjuliandi Rachman tiba di Ballroom Hotel. Kami menyambut bapak dengan teriakan 
"Salam GenRe", Salam.
"Remaja GenRe", Sehat, Cerdas, Ceria
"GenRe Indonesia ", Saatnya Yang Muda Yang Berencana.
yang disertai dengan gerakan ciri khas remaja. Kemudian kami berjalan di belakang rombongan dan berjalan ke atas pentas dan masuk ke dalam backstage.


___


Kami (finalis putri) menunggu di sayap panggung kanan dan finalis putra di sayap kiri. Selagi menunggu nama kami dipanggil satu persatu untuk mulai parade, kami berkesempatan sharing dan berbagi cerita. Menghilangkan gugup dan saling mengingatkan urutan tampil.

___

Akhirnya, setelah menunggu semua kata sambutan selesai, parade grand finalis dimulai. Aku tidak sempat menyaksikan karena aku adalah urutan terakhir dipanggil. Sebagai the last one tentu saja aku pemilik panggung ketika yang lainnya sudah mengambil posisi berdiri. Aku sangat gugup saat ini. Untungnya saat Pemilihan Duta GenRe Pekanbaru aku sudah melakukan hal serupa, jad rasa gugup bisa kuatasi.

Setelah parade dilanjutkan dengan menari melayu, yang harus kuakui belum kuhapal secara sempurna. Aku cukup gelagapan di sini. Aku sangat suka melihat orang menari, namun sungguh aku tidak berkeahlian sedikitpun di sana. Untungnya durasinya singkat. Aku lega ketika selesai. Kamipun bersiap untuk mengambil posisi pembacaan Ikrar Duta GenRe.

Selesainya pembacaan ikrar, kami kembali ke posisi setelah parade. Menunggu pengumuman yang akan melaju ke babak selanjutnya. Hanya ada 3 pasang dari masing-masing jalur yang disebutkan. Bukan nama kami yang akan dipanggil, tapi nama daerah masing-masing. Aku mencoba terus tersenyum saat di atas panggung. Yang pertama diumumkan adalah jalur masyarakat. Duta asal Pekanbaru, Andy dan Lini lolos. Saatnya jalur pendidikan. Ari, Duta GenRe Putra Pekanbaru dipanggil lebih dulu. Tinggal tersisa satu tempat lagi. Yang kudengar hanya teriakan "Pekanbaru", aku hanya berfokus ke sana. Dan ternyata memang akhirnya namaku yang disebut. Aku berjalan setenang mungkin, padahal ingin berteriak dan loncat-locat.

Kemudian kami diberi pertanyaan oleh juri kehormatan. Juri tersebut bebas memilih siapa saja yang ia inginkan, sedangkan pertanyaannya diambil secara acak.
Aku mendapat pertanyaan dari Kepala Perwakilan BKKBN Riau, Bapak Yenrizal Makmur. Beliau memilihku. "Yang baju kuning" begitu katanya. Beliau pun membacakan pertanyaan buatku. Aku senang mendengar pertanyaannya "Jelaskan inovasi program yang akan kamu lakukan jika kamu terpilih menjadi Duta GenRe !" kira-kira begitu. Aku menjelaskan dengan lancar, karena bagaimanapun ini adalah sebuah program yang akan aku jalankan. Tentu aku tahu benar bukan ?

Setelah sesi tanya jawab, kami kembali ke belakang panggung dan menunggu hasil keputusan dewan juri.

___


Akhirnya yang dinanti tiba. Kami kembali naik ke atas pentas. Diawali dengan pengumuman Juara 3. Aku bersyukur namaku tak disebut. Langkahku menjadi lebih dekat menjadi juara.

Degdegan !

Prosesi penyelempanganpun dimulai. Aku teringat saat prosesi penganugerahan kota. Rasanya hampir sama, yang berdiri di depanku lah yang beda. Adalah Ega dari Indragiri Hilir yang sama-sama menunggu. 

Selempangpun memilih pundaknya. Tapi ia tak bertengger di pundakku. Aku sungguh berharap Ayu, Duta GenRe 2016 salah menyelempangkan (sad but true wkwk), tapi ternyata tidak ada kesalahan. Aku tidak tahu apakah harus bersyukur atau menangis. Aku tidak tau salahku dimana. Aku bingung harus bagaimana. Namun bagaimanapun aku tetap mencoba tersenyum.

Pekanbaru dan Kampar !
___


Dan di sinilah aku sekarang. Runner Up Duta GenRe Putri 2017 Jalur Pendidikan. Aku bersyukur atas pencapaianku, aku bangga atas diriku. Awalnya sangat sulit bagiku untuk menerima kenyataan, namun pada akhirnya aku mengerti.

Aku selama ini dengan bangga menyebut diriku orang yang sangat berjiwa besar. Maka kali ini, aku yakin adalah suatu ujian untuk melihat sejauh mana keberjiwabesaranku tersebut. Sedari awal aku sudah sering berkata bahwa bagaimana hasilnya itu adalah yang terbaik. Maka kali ini, aku kembali belajar bahwa yang terbaik menurutku belum tentu terbaik bagi Allah, dan yang terbaik dari Allah adalah sesungguh terbaik untukku.

Bagiku yang membedakan Juara 1, 2, 3 adalah nominal saja. Tidak ada masalah menjadi Runner Up. Yang menjadi masalah adalah ketika aku hanya berdiam dan tidak berkontribusi bagi sekitar. Semoga pundak ini diperkuat untuk menjalankan semua amanah. 

Untuk tangis, untuk yang bangkit ketika gagal :
percayalah ketika engkau memutuskan untuk terus melangkah dan memperjuangkan harapan, akan ada anugerah yang tidak terkira di masa depan.


Anne, Runner Up Duta GenRe Putri Riau 2017 Jalur Pendidikan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Train to Busan (2016) Review & Sinopsis (+Spoiler) : i see human, but not humanity.

Sore tadi, aku menonton film yang sebenarnya sudah cukup lama ingin ku tonton. Bukan genre favorit sesungguhnya, namun cukup menarik minatku. Kebetulan teman se kosku, Elva ingin menonton film ini, tapi dia takut sendirian. Baiklah, cukup basa-basinya. Selamat membaca :) for more pictures search on google ;) Train to Busan adalah film asal negeri ginseng, Korea Selatan yang berhasil mengagetkan industri perfilman internasional. Tidak hanya sukses di negara terdekat saja, Train to Busan menggemparkan ranah film barat yang memang sudah sering mengangkat cerita serupa : ZOMBIE. Sebagaimana yang sudah kusampaikan di awal, film yang menampilkan zombie tidak pernah masuk dalam daftar tontonan favoritku. Aku sangat jijik melihat zombie yang berdarah-darah, memakan manusia dengan rakus dan penampilannya yang membuatku ingin muntah. Tidak banyak film serupa yang pernah kutonton, Price Prejudice and Zombies, Warm Bodies dan satu film lagi yang dibintangi oleh Tom Cruise yang

Dikejar Monyet

Aku akan berkisah tentang pengalaman yang sangat luar biasa Yang kualami sendiri Hari ini, aku ada rapat di sekre BEM Universitas Riau. Persiapan acara nasional di bulan Maret nanti Dan kebetulan aku adalah CO Acara Seperti biasa, aku berjalan kaki dari kos Melewati jalanan kampus yang sepi Seharusnya aku sudah memposting sebuah tulisan yang kubuat hari Kamis lalu, tapi aku lupa Tentang monyet Namun tenang saja, ketika aku menulis kisah ini postingan itu sudah bisa kau baca Mungkin ini adalah teguran dari Allah Aku begitu sombong Kau boleh membacanya di sini Hari ini aku diberi sebuah pengalaman yang sangat luar biasa Entahlah bagaimana caranya menceritakan Tapi kau harus baca jika ingin tau Kembali lagi ke cerita hari ini Jika kau sudah membaca postinganku sebelumnya kau pasti sudah tau bahwa ada sebuah jalan yang harus dilewati jika ingin ke sekre, dan orang-orang yang lewat di jalanan tersebut sering melihat monyet, bahkan dikejar. Nah, sebagaimana yang kutul

Puisi Pendek Kala Hujan (6)

Sebagai gadis yang jatuh cinta kepada rintik Jelas tak ada alasan bagiku untuk berteduh di kala hujan Namun jika itu adalah dalam pelukmu Aku rela terus disana Meski harus tenggelam bersama luka Bersama hujan pagi dan dingin di kamar kos yang sepi Anne