Langsung ke konten utama

AKR Pekanbaru 2017 : Orang-orang Yang Berproses

Pada akhirnya yang berjuang kan merasa bahagia saat kabar baik datang satu persatu : membayar semua letih dan air mata.


Satu pekan belakangan ini adalah hari-hari sibuk tanpa jeda bagi kami, PIK M SEHATI. Akan diadakan sebuah lomba antar PIK se Kota Pekanbaru dan waktu tersisa kurang dari 7 hari.

Ada tujuh buah perlombaan, Yel yel GenRe, Mars GenRe, LCC GenRe, Pensi GenRe, Mading 3D GenRe dan Pemilihan Duta GenRe Kota Pekanbaru yang keseluruhannya memerlukan persiapan yang cukup matang agar tampil maksimal. Dan waktu yang tidak cukup banyak itu seakan mengejar dan terus berpacu.
Sesungguhnya tidak akan sulit untuk membagi menit, namun masalahnya sangat sulit untuk menyamakan jadwal, proses perkuliahan yang berbeda antar jurusan dan fakultas, tuntutan tugas, dan hal lain yang membuat kami menjadi harus mengorbankan satu dua hal. Dimulai pukul 17.00 wib dan berakhir pukul 22.00 wib, hari-hari terasa begitu panjang.

Hari pertama latihan
Aku masih jelas ingat hari Selasa lalu, saat yang lain sibuk tes SBMPTN, kami sibuk pula mengkonsepkan semua yang akan kami lombakan. Mading 3D berhasil dikonsepkan pada hari itu, dan pada malamnya kami sudah berlatih yel-yel dan mengatur koreografi. Melelahkan, namun semua menjadi lebih mudah saat kami tertawa bersama.

Hari Kedua Latihan
Aku datang terlambat, pukul 17.10 perkuliahanku baru berakhir. Sore itu Mikrobiologi Perairan dengan Pak Budi. Setelah keluar kelas aku diantar Reggi menuju tempat latihan kami, Bandar Serai Purna MTQ. Latihan cukup terlambat hari itu, jadilah aku dan bang Rio berdiskusi dengan pembina Kami, bang Heru tentang Substansi GenRe, dan pada malam harinya kami berlatih yel yel dan mars.

Hari Ketiga Latihan
Aku datang terlambat lagi. Kelas sore dengan Ibu Windarti dan Ibu Asmika. Ah rasanya sulit sekali untuk bolos dari kuliah mereka. Magrib aku baru sampai di MTQ dan kulihat semua sedang badmood. Ternyata teman-temanku yang sudah lebih dulu tiba di sana dimintai parkir oleh oknum yang tidak seperti tukang parkir. Vini, yang berkisah pada sempat mendebat oknum tersebut. Bagaimana mungkin orang tanpa memegang karcis bisa meminta uang parkir pada pengunjung ?
Namun akhirnya malamnya kami bisa tertawa dengan ceria lagi. Masih dengan yel yel dan berlatih menyanyikan Mars. Pada malam ini Yel yel sudah 80% sempurna menurutku. Kemudian kami melanjutkan dengan koreografi Mars GenRe. Malam ini cukup terjadi banyak perdebatan. Antara setuju atau tidaknya gerakan ini itu, antara sulit dan mudah, antara latihan menyanyi dulu atau koreo dulu. Rasanya senang ketika kami berdebat tidak ada yang saling menjatuhkan, mendengar tanpa mencemooh, dan memberi saran tanpa menggurui. Ah sebagai orang yang keras kepala tentu aku nyaman dengan semua ini hehe. Aku latihan koreo antara fokus dan tidak, banyak bingungnya, dan banyak salahnya. Untungnya semua (atau lebih tepatnya Kak Cika) membantu, dan bersabar dalam melatihku. Aku beruntung sekali bukan ?


Hari Keempat Latihan
Sejujurnya aku tidak datang. Laporan deadline dan aku belum mengerjakan sama sekali. Yang lain tetap latihan, dan aku tidak tidur semalaman. Besok Sabtu nalam aku harus datang paling awal, begitu kataku akhirnya..

Hari Kelima Latihan
Ya, aku datang paling awal. Sabtu, 20 Mei adalah acara Riau Education Youth Forum yang ditaja oleh I-Yes Pekanbaru dan STAR PKBI Riau. Setelah berjuang ujian Dinamika Populasi, aku segera menuju Pustaka Wilayah Soeman HS, tempat diadakannya acara. Hingga sore aku di sana, banyak mengobrol dan mendapat saran dari Bang Andre, Kak Gizka, Kak Tami dan Bang Emon. Bulan April lalu aku menertawai dan geleng-geleng kepala melihat adik-adik remaja Kampar pada saat APR kabupaten tersebut, dan bulan Mei ini aku menjadi bagian dari remaja Pekanbaru yang akan lebih membuatku geleng-geleng jika aku menjadi panitia lagi seperti bulan lalu bersama mereka.. ah ya kembali pada latihan hari kelima. Aku menunggu cukup lama sendirian. Sedikit sekali yang datang, banyak yang berhalangan. Bang Heru, Bang Nanda, dan Kak Vica yang (lebih) tua ada urusan lain yang mendesak. Untungnya ada Kak Cika. Aku dan Bang Riopun membahas Program apa yang akan lakukan jika terpilih menjadi Duta GenRe nanti.
Malam itu pula kami mendapat kabar biruk, Kak Cika tidak bisa ikut dalam perlombaan ini karna perihal masa depan yang tak mungkin ia lepaskan. Latihan diakhiri pukul 21.00 wib dan aku pulang dibonceng Kak Cika.
Di perjalanan pulang, akhirnya aku tersadar bahwa yang selama ini kuanggap tidak penting menjadi lebih jelas. Semua yang kuanggap pencitraan ternyata memang begitu adanya. Kemudian akupun sadar bahwa harus banyak yang perlu kubenahi. Rasaku malam inilah aku mulai berpikir untuk menjadi jauh lebih baik lagi.

Hari Keenam Latihan
Hari ini kami latihan di Gedung PKM Unri Gobah. Aku datang pada sore harinya, menjelang magrib, sementara yang lain sudah mulai sejak siang harinya : membantu persiapan manding. Ya itu adalah hari ahad, namun aku tetap harus ujian praktikum. Sedikit kurang maksimal belajarku, laporan praktikum tiga judul sebagai syarat masuk UAS juga belum kukerjakan. Salahku sistem SKS satu buku sementara ada yang harus kuselesaikan : naskah monolog pensi. Lagi, aku diuji soal waktu. Untungny akhirnya naskah selesai pada waktunya, dan ujianku lancar (meski beberapa soal tak terjawab) akan tetapi aku mendapat A pada soal lisan dan praktek memasang alat #bangga.
Baik, kembali pada PKM Gobah. Pertama masuk ke dalam aku sedikit ketakutan, gelap sekali. Hanya ada satu tribun saja yang bercahaya. Ruangan besar dan ketika kami bicara suara menggema. Alhasil aku merasa parnoan ketika ada yang tertawa (meski tetap bersikap cool seakan tidak merasakan apa-apa). Kami berlatih yel yel, dan yah sudah sangat bagus meski harus berganti orang. Kemudian kami berlatih mars dan koreo, hal paling sulit namun kami harus maksimal. Besok sudah Senin dan perang dimulai, tidak ada pilihan untuk mundur, kami harus memberikan yang terbaik.
Ketika berlatih mars sesungguhnya aku sangat ketakutan. Suara kami menggema memenuhi ruangan yang gelap. Ada yang lain rasanya. Tapi biarlah itu jadi rahasia. Aku tidak tahu apakah cuma aku yang parnoan (seperti biasa), semoga saja iya.
Selanjutnya kami berlatih pensi. Aku kurang percaya diri akan naskah yang kutulis. Dulu ketika SMA semua jauh lebih mudah. Berbeda dengan hari ini, aku sudah terbiasa dengan laporan, mengolah hasil dan mengarang pembahasan. Diksiku kacau, namun Bang Nanda meyakinkanku naskah ini cukup baik. Awalnya aku yang akan membaca monolog, namun karena khawatir jadwal akan bertabrakan, aku digantikan oleh Winda yang semula hanya akan membawakan syair.
Aku senang semua pemeran cepat menangkap apa yang kusampaikan (sebagai penulis tentu aku yang paling mengerti apa yang harus disampaikan dalam gerakan mereka). Sunggug tim yang sangat luar biasa. Hanya 4 kali latihan saja rasaku, sudah 65% pensi kami.

Hari ketujuh latihan
Mars, yel-yel dan pensi diadakan pada hari kedua. Oleh karena itu setelah hari pertama perlombaan selesai, malamnya kami kembali latihan. Aku pulang pukul 6 sore karena harus latihan koreo untuk grandfinal (meski belum diumumkan) dan pukul 8.30 malamnya aku sudah berada di MTQ, sangat lelah dan pucat tapi semua terlihat bersemangat, pun menular kepadaku. Malam ini kami latihan dengan sangat mandiri. Penuh tawa dan saling mengingatkan ketika salah gerakan atau lirik, dan menyanyi lagi dengan gembira. Kami yakin akan memberi yang terbaik esok hari. Malamnya aku berdoa, dan kuyakin semua berdoa untuk penampilan esok hari.



Sebagaimana yang bang Nanda sering ucapkan, hasil itu bonus. Proses ini yang paling berharga. Kami adalah orang-orang yang berproses, yang saling menerima walau beda, yang mengerti tanpa harus terluka.
Terimakasih kawan-kawan, terimakasih sudah berproses bersama.


_______________________
cerita selanjutnya
baca juga : Duta GenRe Pekanbaru 2017 : Sebuah Awal

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Train to Busan (2016) Review & Sinopsis (+Spoiler) : i see human, but not humanity.

Sore tadi, aku menonton film yang sebenarnya sudah cukup lama ingin ku tonton. Bukan genre favorit sesungguhnya, namun cukup menarik minatku. Kebetulan teman se kosku, Elva ingin menonton film ini, tapi dia takut sendirian. Baiklah, cukup basa-basinya. Selamat membaca :) for more pictures search on google ;) Train to Busan adalah film asal negeri ginseng, Korea Selatan yang berhasil mengagetkan industri perfilman internasional. Tidak hanya sukses di negara terdekat saja, Train to Busan menggemparkan ranah film barat yang memang sudah sering mengangkat cerita serupa : ZOMBIE. Sebagaimana yang sudah kusampaikan di awal, film yang menampilkan zombie tidak pernah masuk dalam daftar tontonan favoritku. Aku sangat jijik melihat zombie yang berdarah-darah, memakan manusia dengan rakus dan penampilannya yang membuatku ingin muntah. Tidak banyak film serupa yang pernah kutonton, Price Prejudice and Zombies, Warm Bodies dan satu film lagi yang dibintangi oleh Tom Cruise yang

Dikejar Monyet

Aku akan berkisah tentang pengalaman yang sangat luar biasa Yang kualami sendiri Hari ini, aku ada rapat di sekre BEM Universitas Riau. Persiapan acara nasional di bulan Maret nanti Dan kebetulan aku adalah CO Acara Seperti biasa, aku berjalan kaki dari kos Melewati jalanan kampus yang sepi Seharusnya aku sudah memposting sebuah tulisan yang kubuat hari Kamis lalu, tapi aku lupa Tentang monyet Namun tenang saja, ketika aku menulis kisah ini postingan itu sudah bisa kau baca Mungkin ini adalah teguran dari Allah Aku begitu sombong Kau boleh membacanya di sini Hari ini aku diberi sebuah pengalaman yang sangat luar biasa Entahlah bagaimana caranya menceritakan Tapi kau harus baca jika ingin tau Kembali lagi ke cerita hari ini Jika kau sudah membaca postinganku sebelumnya kau pasti sudah tau bahwa ada sebuah jalan yang harus dilewati jika ingin ke sekre, dan orang-orang yang lewat di jalanan tersebut sering melihat monyet, bahkan dikejar. Nah, sebagaimana yang kutul

Puisi Pendek Kala Hujan (6)

Sebagai gadis yang jatuh cinta kepada rintik Jelas tak ada alasan bagiku untuk berteduh di kala hujan Namun jika itu adalah dalam pelukmu Aku rela terus disana Meski harus tenggelam bersama luka Bersama hujan pagi dan dingin di kamar kos yang sepi Anne