Langsung ke konten utama

AKR Pekanbaru 2017 : Orang-orang yang Berusaha Menampilkan Hal Terbaik

Ajang Kreatifitas Remaja (AKR) merupakan perlombaan antar Pusat Informasi dan Konseling (PIK) Remaja / Mahasiswa. Seluruh PIK mulai dari SMP hingga perguruan tinggi mengambil andil dalam perlombaan ini, begitu pula dengan PIK M SEHATI Universitas Riau. Ada tujuh buah perlombaan yang harus diperjuangkan yaitu Cerdas Cermat GenRe, Mading 3D GenRe, Mars GenRe, Yel-yel GenRe, Pensi GenRe dan Pemilihan Duta GenRe Kota Pekanbaru.
PIK M Sehati mengikuti semua perlombaan yang sudah dipersiapkan dengan sebaik mungkin. 
Mari kuceritakan.
.
.

1st day !

Seperti biasa, setiap kegiatan diawali dengan pembukaan. Aku datang terlambat, saat coffe break dan disambut oleh Kak Gizka dengan teriakan "peserta di sini peserta".

Ketika masuk suasana ramai dan heboh sekali. Banyak anak-anak sekolah yang sangat ceria. Agak sulit mencari almamater biru langit, ternyata mereka duduk di depan. Setelah berpeluk ria akupun menikmati kopi (yang kelewat manis rasaku) dan pastel (dua buah, kue sus yang menjadi temannya kuganti menjadi pastel HEHE) dan ternyata ketika aku duduk di depan technical meeting akan dimulai. Dan yang lebih membuat kami terkejut adalah diadakannya tes tertulis penyisihan LCC karna hanya akan ada 9 tim yang akan masuk ke penyisihan semifinal.

Aku tidak begitu mempermasalahkan perihal ini, namun yang menjadi masalah di sini adalah Rachman yang harusnya menjadi tim LCC bersama kak Vica dan Ramja sedang kuliah, dan tidak bisa libur. Jadilah aku menggantikan Rachman dan mengerjakan 20 soal dalam 10 menit.

Soalnya tidak sulit, harus kuakui bahwa sebelumnya sudah pernah kubaca soal-soal serupa untuk persiapan tes tertulis Duta GenRe yang juga akan dilaksanakan hari ini, sehingga yah aku yakin kami betul semua. Dan ya meski tidak diumumkan poin kami berapa, kami akhirnya masuk 9 besar dan ketika diambil nomor undian kami berhadapan dengan PIK M Global (AKBID HELVETIA) dan PIK R CIRCLE (SMKN 2 Pekanbaru). Aku mengenal adik-adik dari circle, ada Kenny si manis manja ceria di sana.

Kami berusaha menjawab sebaik mungkin. Aku sebagai juru bicara dibantu oleh Ramja dan Rachman (Kak Vica merasa lebih baik kami bertiga yang tampil) meski kadang bisikan mereka tidak kudengarkan karna fokus atas jawabanku (maaf teman-temanku).

Kabar baiknya, kami berhasil masuk ke grand final melawan PIK MAHA (Stikes Hang Tuah) dan PIK SMART (PIK jalur masyarakat, Kecamatan Sukajadi). Kami harus berusaha sekuat tenaga, memberi yang terbaik. Tim PIK SMART sangat kuat, tidak akan memberi peluang kepada kami untuk menjawab soal pilihan milik mereka. Tidak ada pilihan lain. Kami harus berpikir secepat yang kami bisa.

Setelah perlombaan cerdas cermat, dilanjutkan dengan Tes Tertulis Duta GenRe dan Mading 3D GenRe setelah ISHOMA. Aku makan banyak (sayurnya enak) namun berusaha makan sesopan mungkin. Adik-adik PIK R sibuk berkeliling mencari calon duta dan menyoraki satu persatu yang dipimpin oleh Iqbal (PIK R CIRCLE) dan Yona (PIKAS FOUR). Dua adik-adik yang memang ceria di mana saja.

Ternyata tes tertulis tidak sesulit yang diduga. Aku bisa menjawab semua soal terkait substansi GenRe namun sedikit rancu pada soal yang terkait dengan Pekanbaru (kukira sudah banyak tahuku soal kota yang kucinta ini, nyatanya aku harus banyak belajar). Tapi bagaimanapun aku yakin nilaiku 8 #beneranyakin.

Setelah tes tertulis dilanjutkan dengan tes wawancara. Aku sedikit gugup. Takut kalau-kalau aku ditanya soal istilah atau materi (aku lebih senang brainstorming saat wawancara, lebih mudah rasanya hihi). Belum lagi cerita dari peserta lain yang lebih duluan dipanggil cukup menakutkan ketika diwawancara oleh Pak BI (menurut kontestan lain BI menyerang dan terus mendebat jawaban mereka dengan bahasa inggris pula). Namun akhirnya saat giliranku semua baik-baik saja. Aku mencoba bersikap semanis dan sesopan mungkin.


Pertama aku menuju meja Pak Willy dari Disdukcapil Provinsi Riau. Ini jumpa keduaku dengan beliau. Rasaku beliau mengingatku sebagai remaja akhir sok ceria yang berusaha untuk menyatu dengan remaja Kampar. Aku menjawab pertanyaan beliau dengan tenang. Yah, aku yakin jawabanku cukup memuaskan (meski tidak ada emosi berarti yang ia perlihatkan).


Selanjutnya aku menuju ke meja Ibu Mayang (dari Perwakilan BKKBN Riau). Kami mengobrol seperti biasa. Menyenangkan sekali bersama Ibu Mayang (btw matanya indah) dan ya ia sempat bilang "Sampai bertemu lagi ya" yang membuatku mengartikan perkataan beliau tersebut pertemuan wawancara di tingkat provinsi hehe.


Dan yang terakhir bersama Pak BI. Sejujurnya aku tidak tahu kenapa beliau dipanggil BI tapi yasudah aku mengikut saja. Awalnya aku gugup. Namun setelah perkenalan kami menjadi jauh lebih akrab. Dimulai dari ceritanya soal snorkeling di Bunaken, dan aku yang menyarankan padanya untuk mengunjungi Pamutusan, iapun memberi pertanyaan padaku terkait PUP untuk masyarakat yang ada di pulau. Aku mencoba menjawab setenang mungkin. Pelan-pelan memilih kata yang tepat untuk menjelaskan pada beliau apa yang akan kulakukan. Aku mengambil contoh di Pulau Mentawai dan ya kurasa jawabanku sangat baik dan bahasa Inggrisku cukup baik untuk mengimbangi pertanyaan beliau. Aku sangat senang dan puas dengan semua jawabanku.

Ketika aku keluar dengan wajah sumringah, kuperhatikan Kak Seriend (selanjutkan kan kusebut Kak Iyin, karna begitu aku memanggilnya), Vini, dan Kak Riani (yang sebenarnya bukan peserta lomba mading). Mereka kesusahan ini dan itu. Kak Iyin seakan sangat lelah. Mading mereka sangat keren namun kurang informasi substansi yang seharusnya bisa ditempelkan di banyak tempat. Meskipun demikian, aku sangat bangga dengan hasil kerja keras mereka. Mading itu indah dan megah sekali.

Hari pertamaku di APR Pekanbaru diakhiri dengan latihan koreo dan parade. Besok adalah presentasi. Aku harus memberi yang terbaik.


Ingin tahu cerita hari ke dua ?

Nanti kulanjutkan

_______________________________
cerita sebelumnya
cerita selanjutnya
Baca juga : Duta GenRe 2017 : Sebuah Awal


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Train to Busan (2016) Review & Sinopsis (+Spoiler) : i see human, but not humanity.

Sore tadi, aku menonton film yang sebenarnya sudah cukup lama ingin ku tonton. Bukan genre favorit sesungguhnya, namun cukup menarik minatku. Kebetulan teman se kosku, Elva ingin menonton film ini, tapi dia takut sendirian. Baiklah, cukup basa-basinya. Selamat membaca :) for more pictures search on google ;) Train to Busan adalah film asal negeri ginseng, Korea Selatan yang berhasil mengagetkan industri perfilman internasional. Tidak hanya sukses di negara terdekat saja, Train to Busan menggemparkan ranah film barat yang memang sudah sering mengangkat cerita serupa : ZOMBIE. Sebagaimana yang sudah kusampaikan di awal, film yang menampilkan zombie tidak pernah masuk dalam daftar tontonan favoritku. Aku sangat jijik melihat zombie yang berdarah-darah, memakan manusia dengan rakus dan penampilannya yang membuatku ingin muntah. Tidak banyak film serupa yang pernah kutonton, Price Prejudice and Zombies, Warm Bodies dan satu film lagi yang dibintangi oleh Tom Cruise yang

Dikejar Monyet

Aku akan berkisah tentang pengalaman yang sangat luar biasa Yang kualami sendiri Hari ini, aku ada rapat di sekre BEM Universitas Riau. Persiapan acara nasional di bulan Maret nanti Dan kebetulan aku adalah CO Acara Seperti biasa, aku berjalan kaki dari kos Melewati jalanan kampus yang sepi Seharusnya aku sudah memposting sebuah tulisan yang kubuat hari Kamis lalu, tapi aku lupa Tentang monyet Namun tenang saja, ketika aku menulis kisah ini postingan itu sudah bisa kau baca Mungkin ini adalah teguran dari Allah Aku begitu sombong Kau boleh membacanya di sini Hari ini aku diberi sebuah pengalaman yang sangat luar biasa Entahlah bagaimana caranya menceritakan Tapi kau harus baca jika ingin tau Kembali lagi ke cerita hari ini Jika kau sudah membaca postinganku sebelumnya kau pasti sudah tau bahwa ada sebuah jalan yang harus dilewati jika ingin ke sekre, dan orang-orang yang lewat di jalanan tersebut sering melihat monyet, bahkan dikejar. Nah, sebagaimana yang kutul

Puisi Pendek Kala Hujan (6)

Sebagai gadis yang jatuh cinta kepada rintik Jelas tak ada alasan bagiku untuk berteduh di kala hujan Namun jika itu adalah dalam pelukmu Aku rela terus disana Meski harus tenggelam bersama luka Bersama hujan pagi dan dingin di kamar kos yang sepi Anne