Langsung ke konten utama

14/03/2017 : Papa yang Sibuk Sendiri

Sebagaimana yang kuberitahu di postingan sebelumnya aku sangat lapar. Sudah pukul tiga petang dan sarapanku adalah segelas teh. Tapi tak serta merta aku langsung ingin pingsan. Akhir-akhir ini aku tidak berselera makan. Aku makan hanya jika ingat, jika diajak oleh teman kost. Perubahan yang tidak baik.

Jadilah aku pergi ke restoran cepat saji di sebuah mall. Ya, sendiri. Pesan sendiri. Bayar Sendiri. Makan sendiri.

Di depanku seorang bapak-bapak yang sepertinya seusia dengan papaku memesan makanan. Tidak untuknya sendiri. Aku tahu karna dari pesanannya yang mustahil dimakan olehnya. Dia orang kaya. Gawainya yang memberitahu. 

Giliranku !
Aku memesan secepat mungkin dan langsung mencari tempat duduk. Ternyata bapak tadi duduk tidak jauh dariku, aku bisa melihatnya dengan jelas.
Benar kan, dia menunggu seseorang. Dia tidak memakan yang ia pesan, belum mungkin
Aku tak terus menatapnya. Ada makanan yang harus dihabiskan.

Beberapa saat  kemudian seorang siswi SMP menghampirinya. Apa kubilang, ia memang memesan untuk orang lain. Ternyata untuk anaknya yang dari toko buku. Bukan asal tebak, plastik belanjanya yang bilang.
Dalam hati aku berkata, "Papa idaman, care banget sama anaknya"
Tapi anggapan itu hanya sejenak saja. Sang papa tidak sebaik yang kukira.
Ia terus menerus sibuk.
Tidak sungguh-sungguh mendengar anaknya.
Berkutat pada hape selagi anaknya bicara.
Miris sekali.
Memang benar, masa ini banyak sekali orangtua yang lupa akan kasih sayang.

Aku langsung bersyukur.
Papaku jelas tidak begitu.
Papaku memang tidak mengajak kami ke restoran mahal.
Papaku  tidak memiliki waktu banyak bersama kami.
Tapi, papaku tidak pernah sibuk sendiri ketika kami anak-anaknya sedang bercanda bersama.

Papaku mendengar cerita-cerita tidak pentingku
Mendengar laporan bola dari Aji
Mendengar ocehan Ara
Mendengar cadelnya Jana
Mendengar mimpi-mimpi Fati
Serta ucapan Rahid yang tak bisa dimengerti.

Sedikit sekali waktu yang kumiliki bersama papa.
Kuharap bisa terbayar nanti.

Ternyata benar, tidak ada yang bisa menggantikan kasih orang tua.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Train to Busan (2016) Review & Sinopsis (+Spoiler) : i see human, but not humanity.

Sore tadi, aku menonton film yang sebenarnya sudah cukup lama ingin ku tonton. Bukan genre favorit sesungguhnya, namun cukup menarik minatku. Kebetulan teman se kosku, Elva ingin menonton film ini, tapi dia takut sendirian. Baiklah, cukup basa-basinya. Selamat membaca :) for more pictures search on google ;) Train to Busan adalah film asal negeri ginseng, Korea Selatan yang berhasil mengagetkan industri perfilman internasional. Tidak hanya sukses di negara terdekat saja, Train to Busan menggemparkan ranah film barat yang memang sudah sering mengangkat cerita serupa : ZOMBIE. Sebagaimana yang sudah kusampaikan di awal, film yang menampilkan zombie tidak pernah masuk dalam daftar tontonan favoritku. Aku sangat jijik melihat zombie yang berdarah-darah, memakan manusia dengan rakus dan penampilannya yang membuatku ingin muntah. Tidak banyak film serupa yang pernah kutonton, Price Prejudice and Zombies, Warm Bodies dan satu film lagi yang dibintangi oleh Tom Cruise yang

Dikejar Monyet

Aku akan berkisah tentang pengalaman yang sangat luar biasa Yang kualami sendiri Hari ini, aku ada rapat di sekre BEM Universitas Riau. Persiapan acara nasional di bulan Maret nanti Dan kebetulan aku adalah CO Acara Seperti biasa, aku berjalan kaki dari kos Melewati jalanan kampus yang sepi Seharusnya aku sudah memposting sebuah tulisan yang kubuat hari Kamis lalu, tapi aku lupa Tentang monyet Namun tenang saja, ketika aku menulis kisah ini postingan itu sudah bisa kau baca Mungkin ini adalah teguran dari Allah Aku begitu sombong Kau boleh membacanya di sini Hari ini aku diberi sebuah pengalaman yang sangat luar biasa Entahlah bagaimana caranya menceritakan Tapi kau harus baca jika ingin tau Kembali lagi ke cerita hari ini Jika kau sudah membaca postinganku sebelumnya kau pasti sudah tau bahwa ada sebuah jalan yang harus dilewati jika ingin ke sekre, dan orang-orang yang lewat di jalanan tersebut sering melihat monyet, bahkan dikejar. Nah, sebagaimana yang kutul

Puisi Pendek Kala Hujan (6)

Sebagai gadis yang jatuh cinta kepada rintik Jelas tak ada alasan bagiku untuk berteduh di kala hujan Namun jika itu adalah dalam pelukmu Aku rela terus disana Meski harus tenggelam bersama luka Bersama hujan pagi dan dingin di kamar kos yang sepi Anne