Langsung ke konten utama

20/11/16 (1) : Dibonceng Bang Madon

Banyak yang akan kuceritakan malam ini. Kisah yang kuharap menarik untuk kaubaca. Kan kucoba untuk medeskripsikan sebaik mungkin, semoga kau bisa menikmatinya.

Hari ini, aku tak punya agenda seperti hari Minggu lalu. Sebenarnya tadi pagi ada, tapi aku memutuskan untuk tak ikut karna ingin mencuci sepatu yang sudah sangat mengenaskan keadaannya.
Setelah mencuci sepatu kulanjutkan dengan mengerjakan laporan praktikum yang akan dikumpulkan esok hari. Penuh semangat kukerjakan. Langit mendung, Usai Di Sini milik Raisa mendayu, bantuku selesaikan laporan.

Sebenarnya aku ingin pergi ke Pasar Pusat Ramayana atau Pasar Sukaramai di Jalan Jenderal Sudirman sedari pagi, namun kutunda mengingat pekerjaan rumah yang menumpuk. Jadilah aku mandi tengah hari lalu bersiap-siap untuk berangkat. Pukul satu lewat aku sudah siap berkemas.

Mungkin kau penasaran untuk apa aku ke pasar. Bukan untuk belanja. Tapi untuk menjahit tas dan sendalku. 
Benar di Panam banyak Tukang Sol, lalu kenapa harus ke pasar pusat ? Nanti kuceritakan.

Seperti biasa, busway atau Trans Metro Pekanbaru (TMP) adalah transportasi favoritku. Aku sangat suka naik angkutan umum. Jangan tanya kenapa, karna jika kujelaskan disini akan terlalu banyak topik di satu postingan. Dan karna aku tinggal di lorong Kamboja yang kebetulan halte bus hanya ada di simpang Bangau Jl, H,R Subrantas, aku harus jalan kaki. Jaraknya tak terlalu jauh. Satu kilo mungkin ? Entah, mungkin juga lebih.

Pacarku ada kok.
Meski sebenarnya ia tak kuberi tahu bahwa aku akan malala
Aku tidak suka merepotkan orang lain, selagi aku masih bisa sendiri aku akan sendiri.
Lagipula aku memang suka jalan kaki,
Banyak yang bisa kuperhatikan.
Untungnya matahari sedang tidak garang, jadi tidak akan terlalu melelahkan.

Kalau kau tidak tau kost ku kau pasti tak akan tau betapa jauhnya halte bus ini.
Aku tidak mengeluh, hanya memberi tahu.
Tapi memang melelahkan. HEHE
Sesampainya di Alfamart  aku singgah sejenak.
Membeli minum, sekaligus numpang ngadem
Hampir 10 menit mungkin aku di sana, setelah membayar di kasir akupun keluar, melanjutkan perjalanan.

Aku masih menyusuri jalanan yang mulai sepi.
Dan disitulah aku bertemu seniorku.

Bang Madon namanya
Ahmad Romadhon (Semoga benar)
Kalau tak salah beliau angkatan 2005 (Jika salah bisa kena ospek lagi aku)
Aku kenal beliau tahun lalu,saat acara MSP Camp. KBM lah kalau kata orang-orang.
Bang Madon merupakan alumni yang disegani.
Beliau sangat garang, lucu. Tapi aku dulu takut padanya, meski ia sering melawak dan sebenarnya baik hati.

Aku tak melihat bang Madon saat kami berpapasan. Tentu dia dengan motor, dan aku jalan kaki. Mataku rabun jadi wajar saja kan kalau aku tak menegurnya ?
Tapi rupanya dia melihatku dan mengenaliku.
Aku kaget juga melihat dia berhenti di seberang, memanggilku serambi bertanya

"Mau ke depan?"

Kujawab iya

Aku tak tau apa balasannya, tapi yang pasti ia mengisyaratkan untuk ikut dengannya, biar ia yang mengantar.

Aku mengangguk, lalu menyeberang.
Sebenarnya aku ingin menolak, tapi aku takut dibilang sombong. Lagipula ia berniat membantu, bersikap arogan tidak boleh bukan ?

Setelah naik di atas motor, aku bertanya sekedar basa-basi yang semoga tidak ke lewat basi. Kami berbincang meski tak terlalu banyak. Bagaimanapun kami tak begitu akrab.

"Sebenarnya mau ke sana, tapi tadi liat kayak kenal, makanya putar arah. Kayak muka-muka yang cari masalah kemaren"

Mak. Mampus aku.

Aku tertawa. Meski masih ketakutan.
Tapi kuajak bercanda saja.

Akhirnya aku sampai di halte.
Dengan selamat dan tidak terlalu capek.
Mendapat pesan "Hati-hati" dari Bang Madon.


Aku sangat bersyukur hari ini, memiliki senior yang peduli dengan junior.
Bersyukur juga aku ternyata tidak semua orang enggan menolong.

Mari kita doakan bang Madon selalu sehat walafiat murah rezeki agar bisa terus bertemu di KBM tahun depan...

AMIN.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Train to Busan (2016) Review & Sinopsis (+Spoiler) : i see human, but not humanity.

Sore tadi, aku menonton film yang sebenarnya sudah cukup lama ingin ku tonton. Bukan genre favorit sesungguhnya, namun cukup menarik minatku. Kebetulan teman se kosku, Elva ingin menonton film ini, tapi dia takut sendirian. Baiklah, cukup basa-basinya. Selamat membaca :) for more pictures search on google ;) Train to Busan adalah film asal negeri ginseng, Korea Selatan yang berhasil mengagetkan industri perfilman internasional. Tidak hanya sukses di negara terdekat saja, Train to Busan menggemparkan ranah film barat yang memang sudah sering mengangkat cerita serupa : ZOMBIE. Sebagaimana yang sudah kusampaikan di awal, film yang menampilkan zombie tidak pernah masuk dalam daftar tontonan favoritku. Aku sangat jijik melihat zombie yang berdarah-darah, memakan manusia dengan rakus dan penampilannya yang membuatku ingin muntah. Tidak banyak film serupa yang pernah kutonton, Price Prejudice and Zombies, Warm Bodies dan satu film lagi yang dibintangi oleh Tom Cruise yang

Dikejar Monyet

Aku akan berkisah tentang pengalaman yang sangat luar biasa Yang kualami sendiri Hari ini, aku ada rapat di sekre BEM Universitas Riau. Persiapan acara nasional di bulan Maret nanti Dan kebetulan aku adalah CO Acara Seperti biasa, aku berjalan kaki dari kos Melewati jalanan kampus yang sepi Seharusnya aku sudah memposting sebuah tulisan yang kubuat hari Kamis lalu, tapi aku lupa Tentang monyet Namun tenang saja, ketika aku menulis kisah ini postingan itu sudah bisa kau baca Mungkin ini adalah teguran dari Allah Aku begitu sombong Kau boleh membacanya di sini Hari ini aku diberi sebuah pengalaman yang sangat luar biasa Entahlah bagaimana caranya menceritakan Tapi kau harus baca jika ingin tau Kembali lagi ke cerita hari ini Jika kau sudah membaca postinganku sebelumnya kau pasti sudah tau bahwa ada sebuah jalan yang harus dilewati jika ingin ke sekre, dan orang-orang yang lewat di jalanan tersebut sering melihat monyet, bahkan dikejar. Nah, sebagaimana yang kutul

Puisi Pendek Kala Hujan (6)

Sebagai gadis yang jatuh cinta kepada rintik Jelas tak ada alasan bagiku untuk berteduh di kala hujan Namun jika itu adalah dalam pelukmu Aku rela terus disana Meski harus tenggelam bersama luka Bersama hujan pagi dan dingin di kamar kos yang sepi Anne