Langsung ke konten utama

20/11/16 (2) : Mahasiswi Manajemen

Cukup lama aku menanti bus kali ini.
Hampir 20 menit.
Tapi tenang saja, aku menikmati kok.
Sambil menghitung lalu lalang kendaraan.
Ya, aku memang begitu kalau gabut.
Karna aku takut jika nanti mengkhayal dan tiba-tiba aku bicara sendiri. (Ya, dulu memang sering begitu, sekarang sudah bisa dikontrol)

Akhirnya yang ditunggu datang.
Imam Masa Depan. Ups bus maksudku.
Aku naik setelah ibu-ibu yang membawa dua anaknya sekaligus. Bayi di gendongan, dan balita cantik di genggaman.
Luar biasa bukan ? Hanya perempuan yang bisa demikian. Salut aku.

Kuputuskan untuk duduk di sebelah kiri. Dua jarak bangku dari mas-mas yang memakai kemeja putih dan celana kain berwarna hitam.
Sepertinya ingin melamar kerja, atau sudah bekerja ? Entah, aku tak ingin tahu.

Aku mengantuk sekali
Tertidur sampai simpang Arifin Ahmad
Terjaga sebentar, lalu terbangun lagi.

"Ini sudah di Sudirman mbak?"

Pertanyaan mas-mas tersebut sedikit mengagetkanku

"Oh belum. Ini masih di Arifin Ahmad". Pede aku menjawab. Untungnya benar, karna jika salah pasti akan sangat lucu.

Si Mas tersenyum, aku balik tersenyum.
Kalau kubilang kemayu sepertinya terlalu sok kenal. Mungkin lebih etis jika kusebut ia lelaki feminim.

Tak lama kemudian dia bertanya

"Tugas di mana mbak ?"

Aku tersenyum. Wajar ia bertanya demikian. Hari ini aku memakai setelan yang cukup formal. Celana dasar warna ungu milik mama kupadankan dengan blus garis-garis. Yah, memang membuatku lebih dewasa (selain muka yang memang tidak ada imut-imutnya tentu saja). Cara dudukku pun mungkin membuatnya menerka aku pegawai kantoran.

"Belum kerja mas, masih kuliah" jawabku,

"Jurusan apa?"

"Manajemen mas"

Kujawab sambil tersenyum. Sesungguhnya menahan tawa.

Well, tak sepenuhnya bohong kok.
Aku memang mahasiswi manajemen.
Manajemen Sumberdaya Perairan.

HEHEHEHEHEHHEHE

Sisa perjalanan di bus nomer 03 kuhabiskan dengan tertawa. Dalam hati tentu saja.



<3 Anne yang ngaku-ngaku 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Train to Busan (2016) Review & Sinopsis (+Spoiler) : i see human, but not humanity.

Sore tadi, aku menonton film yang sebenarnya sudah cukup lama ingin ku tonton. Bukan genre favorit sesungguhnya, namun cukup menarik minatku. Kebetulan teman se kosku, Elva ingin menonton film ini, tapi dia takut sendirian. Baiklah, cukup basa-basinya. Selamat membaca :) for more pictures search on google ;) Train to Busan adalah film asal negeri ginseng, Korea Selatan yang berhasil mengagetkan industri perfilman internasional. Tidak hanya sukses di negara terdekat saja, Train to Busan menggemparkan ranah film barat yang memang sudah sering mengangkat cerita serupa : ZOMBIE. Sebagaimana yang sudah kusampaikan di awal, film yang menampilkan zombie tidak pernah masuk dalam daftar tontonan favoritku. Aku sangat jijik melihat zombie yang berdarah-darah, memakan manusia dengan rakus dan penampilannya yang membuatku ingin muntah. Tidak banyak film serupa yang pernah kutonton, Price Prejudice and Zombies, Warm Bodies dan satu film lagi yang dibintangi oleh Tom Cruise yang

Dikejar Monyet

Aku akan berkisah tentang pengalaman yang sangat luar biasa Yang kualami sendiri Hari ini, aku ada rapat di sekre BEM Universitas Riau. Persiapan acara nasional di bulan Maret nanti Dan kebetulan aku adalah CO Acara Seperti biasa, aku berjalan kaki dari kos Melewati jalanan kampus yang sepi Seharusnya aku sudah memposting sebuah tulisan yang kubuat hari Kamis lalu, tapi aku lupa Tentang monyet Namun tenang saja, ketika aku menulis kisah ini postingan itu sudah bisa kau baca Mungkin ini adalah teguran dari Allah Aku begitu sombong Kau boleh membacanya di sini Hari ini aku diberi sebuah pengalaman yang sangat luar biasa Entahlah bagaimana caranya menceritakan Tapi kau harus baca jika ingin tau Kembali lagi ke cerita hari ini Jika kau sudah membaca postinganku sebelumnya kau pasti sudah tau bahwa ada sebuah jalan yang harus dilewati jika ingin ke sekre, dan orang-orang yang lewat di jalanan tersebut sering melihat monyet, bahkan dikejar. Nah, sebagaimana yang kutul

Puisi Pendek Kala Hujan (6)

Sebagai gadis yang jatuh cinta kepada rintik Jelas tak ada alasan bagiku untuk berteduh di kala hujan Namun jika itu adalah dalam pelukmu Aku rela terus disana Meski harus tenggelam bersama luka Bersama hujan pagi dan dingin di kamar kos yang sepi Anne