Cukup lama aku menanti bus kali ini.
Hampir 20 menit.
Tapi tenang saja, aku menikmati kok.
Sambil menghitung lalu lalang kendaraan.
Ya, aku memang begitu kalau gabut.
Karna aku takut jika nanti mengkhayal dan tiba-tiba aku bicara sendiri. (Ya, dulu memang sering begitu, sekarang sudah bisa dikontrol)
Akhirnya yang ditunggu datang.
Imam Masa Depan. Ups bus maksudku.
Aku naik setelah ibu-ibu yang membawa dua anaknya sekaligus. Bayi di gendongan, dan balita cantik di genggaman.
Luar biasa bukan ? Hanya perempuan yang bisa demikian. Salut aku.
Kuputuskan untuk duduk di sebelah kiri. Dua jarak bangku dari mas-mas yang memakai kemeja putih dan celana kain berwarna hitam.
Sepertinya ingin melamar kerja, atau sudah bekerja ? Entah, aku tak ingin tahu.
Aku mengantuk sekali
Tertidur sampai simpang Arifin Ahmad
Terjaga sebentar, lalu terbangun lagi.
"Ini sudah di Sudirman mbak?"
Pertanyaan mas-mas tersebut sedikit mengagetkanku
"Oh belum. Ini masih di Arifin Ahmad". Pede aku menjawab. Untungnya benar, karna jika salah pasti akan sangat lucu.
Si Mas tersenyum, aku balik tersenyum.
Kalau kubilang kemayu sepertinya terlalu sok kenal. Mungkin lebih etis jika kusebut ia lelaki feminim.
Tak lama kemudian dia bertanya
"Tugas di mana mbak ?"
Aku tersenyum. Wajar ia bertanya demikian. Hari ini aku memakai setelan yang cukup formal. Celana dasar warna ungu milik mama kupadankan dengan blus garis-garis. Yah, memang membuatku lebih dewasa (selain muka yang memang tidak ada imut-imutnya tentu saja). Cara dudukku pun mungkin membuatnya menerka aku pegawai kantoran.
"Belum kerja mas, masih kuliah" jawabku,
"Jurusan apa?"
"Manajemen mas"
Kujawab sambil tersenyum. Sesungguhnya menahan tawa.
Well, tak sepenuhnya bohong kok.
Aku memang mahasiswi manajemen.
Manajemen Sumberdaya Perairan.
HEHEHEHEHEHHEHE
Sisa perjalanan di bus nomer 03 kuhabiskan dengan tertawa. Dalam hati tentu saja.
<3 Anne yang ngaku-ngaku
Hampir 20 menit.
Tapi tenang saja, aku menikmati kok.
Sambil menghitung lalu lalang kendaraan.
Ya, aku memang begitu kalau gabut.
Karna aku takut jika nanti mengkhayal dan tiba-tiba aku bicara sendiri. (Ya, dulu memang sering begitu, sekarang sudah bisa dikontrol)
Akhirnya yang ditunggu datang.
Imam Masa Depan. Ups bus maksudku.
Aku naik setelah ibu-ibu yang membawa dua anaknya sekaligus. Bayi di gendongan, dan balita cantik di genggaman.
Luar biasa bukan ? Hanya perempuan yang bisa demikian. Salut aku.
Kuputuskan untuk duduk di sebelah kiri. Dua jarak bangku dari mas-mas yang memakai kemeja putih dan celana kain berwarna hitam.
Sepertinya ingin melamar kerja, atau sudah bekerja ? Entah, aku tak ingin tahu.
Aku mengantuk sekali
Tertidur sampai simpang Arifin Ahmad
Terjaga sebentar, lalu terbangun lagi.
"Ini sudah di Sudirman mbak?"
Pertanyaan mas-mas tersebut sedikit mengagetkanku
"Oh belum. Ini masih di Arifin Ahmad". Pede aku menjawab. Untungnya benar, karna jika salah pasti akan sangat lucu.
Si Mas tersenyum, aku balik tersenyum.
Kalau kubilang kemayu sepertinya terlalu sok kenal. Mungkin lebih etis jika kusebut ia lelaki feminim.
Tak lama kemudian dia bertanya
"Tugas di mana mbak ?"
Aku tersenyum. Wajar ia bertanya demikian. Hari ini aku memakai setelan yang cukup formal. Celana dasar warna ungu milik mama kupadankan dengan blus garis-garis. Yah, memang membuatku lebih dewasa (selain muka yang memang tidak ada imut-imutnya tentu saja). Cara dudukku pun mungkin membuatnya menerka aku pegawai kantoran.
"Belum kerja mas, masih kuliah" jawabku,
"Jurusan apa?"
"Manajemen mas"
Kujawab sambil tersenyum. Sesungguhnya menahan tawa.
Well, tak sepenuhnya bohong kok.
Aku memang mahasiswi manajemen.
Manajemen Sumberdaya Perairan.
HEHEHEHEHEHHEHE
Sisa perjalanan di bus nomer 03 kuhabiskan dengan tertawa. Dalam hati tentu saja.
<3 Anne yang ngaku-ngaku
Komentar
Posting Komentar